Subagio S.Waluyo

Episode TOKOH KITA sudah berakhir sampai TOKOH KITA (20). Sekarang TOKOH KITA sebagai sebutan kata ganti pertama berganti menjadi Penulis (dengan P kapital). Jadi, sekarang Penulis fokus pada Catatan dari Menara Gading. Apa yang melatarbelakangi Penulis tiba-tiba saja menulis tulisannya di Catatan dari Menara Gading? Yang pertama, hidup ini `kan harus punya variasi. Orang akan bosan kalau disuguhi yang itu-itu saja. Orang sesekali ingin melihat sesuatu yang baru. Yang kedua, sebagai insan akademis tampaknya tidak bisa berdiam diri kalau berseliweran fenomena sosial yang tampaknya perlu, entah dikritisi, dikomentari, atau diteliti. Yang ketiga, Penulis ingin mengajak setiap pembaca (syukur-syukur ada yang dari teman-teman yang merasa nyaman di Menara Gading) untuk melakukan hal yang sama: mengkritisi, mengomentari, dan kalau perlu meneliti fenomena sosial yang semakin hari semakin tidak terhitung lagi banyaknya. Dengan demikian, sudah jelas ya, kalau Penulis ingin cari variasi, ingin mengkritisi, mengomentari, dan meneliti fenomena sosial, dan mengajak pembaca untuk melakukan hal yang sama.

***

Mengajak pembaca untuk melakukan hal yang sama bukan berarti memprovokasi pembaca agar bersikap ekstrem atau radikal. Bukan itu yang dituju Penulis. Penulis hanya mau mengajak pembacanya yang terutama dari kalangan akademis agar sama-sama punya kepedulian, kesetiakawanan, dan kekritisan sehingga mau keluar dari belenggu yang namanya Menara Gading. Cuma itu saja kok, tidak lebih dari itu! Karena itu, Penulis sangat bersyukur kalau ada kolega sesama orang-orang akademis mau menulis yang isi tulisannya tentu saja berisikan, entah kritik sosial, komentar-komentar, atau penelitian yang tertuju pada ketimpangan sosial. Intinya, mereka harus berani menyampaikan suara hati nuraninya lewat tulisan. Kalau perlu, mereka juga harus berani menyampaikannya pada anak-anak didiknya (mahasiswa). Jadi, jangan jadikan mahasiswa-mahasiswanya hanya berkutat dengan kuliah, pesta, dan cinta (bisa juga yang biasa disebut oleh Rhenaldi Kasali sebagai Generasi Strawberry).

Kalau mau terhindar dari Generasi Strawberry, mahasiswa harus dididik untuk mandiri. Generasi Strawberry `kan generasi rapuh. Tampak luar saja yang terlihatnya indah dan menggemaskan. Tapi, dia mudah hancur. Untuk menarik mereka dari belenggu Generasi Strawberry tidak ada cara ubah pola pendidikan yang cenderung memanjakan mahasiswa dengan pembelajaran yang serba dilayani oleh pengajar (dosen) menjadi pembelajaran yang mereka (para mahasiswa) harus melayani dirinya sendiri. Artinya, jangan semuanya serba dilayani, mahasiswa juga harus siap melayani dirinya sendiri. Selain itu, dalam pembelajaran jangan lagi berfokus pada dosen. Mahasiswa juga bisa terlibat dalam pembelajaran. Sebagai tambahan, pembelajaran yang serba verbalistis (hafalan) segera disingkirkan. Ajak mereka untuk melihat dunia luar yang penuh dengan ketimpangan sosial sehingga mereka juga menjadi orang-orang yang kritis.

Masalah-masalah ketimpangan sosial inilah yang ingin disampaikan Penulis lewat tulisan-tulisannya. Bukankah dari sekian banyak tulisan yang disampaikan Penulis selama ini banyak menyangkut ketimpangan sosial? Ya, memang benar selama ini penulis banyak menulis yang berkaitan dengan ketimpangan sosial. Cuma, ini yang perlu diketahui, tulisan-tulisan yang ada di Catatan dari Menara Gading, tidak sepanjang seperti tulisan-tulisannya yang terdahulu. Tulisan-tulisannya yang terdahulu bisa sampai lima belas halaman. Tulisan-tulisan yang terdapat di Catatan dari Menara Gading tidak akan lebih dari lima halaman. Meskipun demikian, ada perbedaannya, yaitu kalau tulisan terdahulu selalu diawali dengan gambar. Untuk kali ini dan seterusnya hanya diawali dengan satu gambar seperti gambar di atas dan satu judul utama disertai dengan nomor di belakang judul (nomor-nomor itu akan berkelanjutan). Di bawah gambar akan ada judul sesuai dengan muatannya seperti tulisan ini yang berjudul “Yang Melatarbelakangi” berarti tulisan ini hanya menyampaikan latar belakang Penulis berniat menulis yang berkaitan dengan judul utamanya. Perlu juga diketahui, di beberapa tulisan nantinya akan Penulis lampirkan naskah (kalau perlu juga video klip yang diambil dari Youtube) yang bisa diklik oleh pembaca. Karena tulisan-tulisan yang akan diunggah baik ke website maupun blogspot Penulis maksimal lima halaman, seandainya ada kutipan, panjang kutipannya tidak seperti tulisan-tulisan terdahulu.

***

Sebagai penutup, penulis mohon maaf pada pembuat karikatur Menara Gading yang tidak disebutkan namanya karena Penulis tidak mendapatkan namanya. Meskipun demikian, di bagian akhir tulisan (di bagian lampiran) yang diletakkan di bawah tulisan Penulis tuliskan sumber pengambilan gambarnya.  Selain itu, gambar Menara Gading tersebut akan tetap disertakan setiap kali Penulis menulis Catatan dari Menara Gading. Tentu saja lampiran yang memuat sumber gambar hanya dicantumkan sekali saja. Artinya, Penulis tidak mencantumkannya secara berulang-ulang. Penulis berharap tulisan-tulisan yang terdapat dalam Catatan dari Menara Gading ini bisa menjadi bahan inspirasi pembacanya. Penulis memohon maaf jika dalam penulisannya nanti ada hal-hal yang boleh jadi menyinggung perasaan pembaca. Penulis berharap ada di antara pembaca yang mau mengkritisi, mengomentari, atau bahkan mengajak berdiskusi dengan Penulis tentang isi tulisan.

Sumber Gambar:

(https://medanheadlines.com/2017/07/12/ivory-tower-menara-gading/)

By subagio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp chat