Subagio S. Waluyo
“Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari sebagian kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepasakan kesusahannya dari sebagian kesusahan hari kiamat; dan barangsiapa memberi kelonggaran dari orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aib dia dunia dan akhirat; Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (Dikeluarkan oleh Imam Muslim).
(https://www.kompasiana.com/siddiqarch10/550b2b41a333119e712e3ce1/hadits-dan-sunnah-dalam-perkembangan-sosial-umat-yang-terabaikan-mulai-terlupakan )
Perubahan sosial terjadi jika manusia semakin banyak populasinya. Ketika jumlah mereka cukup banyak, tempat untuk mencari sesuap nasi semakin sulit, tempat tinggal semakin sesak (karena sudah cukup padat), apa boleh buat mereka akan bermigrasi dari tempat asalnya. Mereka yang dari desa bermigrasi ke kota kita istilahkan urbanisasi. Setelah tinggal di kota ada yang nasibnya baik. Tapi, tidak sedikit yang nasibnya buruk. Yang nasibnya baik bisa mencari nafkah, bisa tinggal di tempat yang layak (walapun di rumah-rumah petak kontrakan), anak-anaknya bisa bersekolah (meski cuma di sekolah-sekolah negeri tidak berbayar alias gratis), dan kalau masih ada sedikit simpanan setahun sekali bisa pulang kampung sekedar berhari raya di kampung. Yang nasibnya buruk tidak punya pekerjaan, tinggal di kolong jembatan layang (walaupun resikonya cukup tinggi karena sering dikejar-kejar Satpol PP), anak-anaknya tidak bisa mengecap dunia pendidikan, dan setiap tahun tidak bisa pulang kampung (pas lebaran malah kesempatan mengemis). Mereka yang bernasib apes ini jadi masalah sosial tersendiri. Mereka menjadi orang-orang teralienasi.
Di setiap kota di dunia ini (bukan cuma di Indonesia) banyak orang yang tidak bisa menikmati kehidupan yang layak. Tuhan memang sudah menggariskan ada orang yang kaya dan miskin. Ada orang yang nasibnya baik dan ada yang kurang baik. Jadi, jangan bermimpi kalau dunia ini harus tidak ada orang miskin atau orang yang kurang baik nasibnya. Itulah sebuah keadilan. Dunia memang harus seperti itu: ada kaya ada miskin. Sama halnya ada yang baik, ada yang buruk. Ada yang indah ada yang jelek. Ada yang plus, ada yang minus. Jangan salahkan Tuhan kalau sudah diatur seperti itu. Tinggal manusianya yang sudah diberitahu sejak awal, kalau mau jadi orang sukses harus bekerja keras. Kalau ada yang mau apes nasibnya, silakan bermalas-malasan. Jalan ke arah yang baik dan buruk sudah diuraikan dalam firman-firman-Nya di kitab suci.
***
Di sebuah tempat kalau sudah menyatu ada orang-orang yang kaya dan ada orang-orang yang miskin pasti terjadi perubahan sosial. Di mana-mana juga pasti sama menyatunya dua golongan itu juga terjadi perubahan sosial. Cuma yang perlu kita lihat: apakah terjadi konflik di antara kedua golongan tersebut? Kalau ada konflik, kita bisa mengatakan bahwa terjadi di tempat tersebut perubahan sosial yang mengarah ke negatif. Sebaliknya, kalau tidak ada konflik perubahan sosialnya mengarah ke positif. Baik ke arah perubahan sosial negatif maupun positif harus diteliti: mengapa bisa terjadi seperti itu? Kalau di sebuah tempat ada perubahan sosial yang positif, jelas hidup di tempat itu nyaman dan tenteram. Sebaliknya, kalau ada perubahan sosial yang negatif, hidup di tempat itu selalu dihantui rasa panik, takut, cemas, dan ujung-ujungnya banyak juga orang yang depresi. Karena itu, agar tidak terjadi kehidupan yang penuh dihantui rasa ketidakenakan jurang pemisah antara kaya dan miskin harus bisa diatasi.
Bagaimana cara mengatasinya? Agama (dalam hal ini Islam) sudah memerintahkan orang yang menegakkan solat juga harus mengeluarkan dari sebagian rezeki yang diperolehnya untuk menyalurkannya ke orang-orang miskin. Jadi, orang yang berlebih (hartanya) harus memberikan sebagian kelebihan hartanya pada orang-orang miskin. Dengan cara seperti itu orang-orang miskin akan tertolong dari kelaparan, ketiadaan tempat tinggal, dan dijamin anak-anaknya bisa bersekolah. Cara penyaluran sebagian hartanya bisa langsung diberikan pada orang-orang miskin yang tinggal di sekitar rumahnya atau boleh juga disalurkan lewat lembaga-lembaga zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) atau lembaga-lembaga yang menyantuni orang-orang dhuafa dan anak-anak yatim (termasuk anak-anak jalanan). Dijamin kalau itu dilakukan kehidupan akan tenteram. Perubahan sosial yang positif akan bisa diwujudkan. Sebaliknya, kalau orang-orang yang kaya tidak mau menyalurkan sebagian hartanya, akan terjadi konflik sosial yang tidak ada henti-hentinya. Angka kriminalitas akan tinggi karena orang-orang miskin yang iri pada orang-orang kaya akan melakukan berbagai cara negatif demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang yang ingin hidup tenteram akan memilih cara pertama, yaitu dia akan menyalurkan sebagian kecil dari hartanya ke orang-orang miskin. Kalau bisa bukan semata-mata cari selamat, tapi juga demi memenuhi kewajiban agamanya. Bukankah mengeluarkan zakat dari rezeki yang diperolehnya merupakan kewajiban?
Ada cara lain yang tidak kalah menariknya. Cara ini juga sudah banyak dilakukan di berbagai tempat. Sekumpulan orang-orang berduit mendirikan yayasan yang bergerak di bidang sosial keagamaan. Mereka dirikan masjid atau panti asuhan tidak berbayar khusus untuk anak-anak dhuafa. Setiap bulan (bahkan setiap saat) mereka mengeluarkan sebagian rezekinya. Uang yang terkumpul digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak dhuafa. Anak-anak yang ditampung di panti asuhan tersebut disekolahkan bisa di tempat tersebut atau di panti asuhan. Karena pola asuhnya yang tergolong baik, tidak sedikit dari panti asuhan itu yang sukses dalam menapaki kariernya. Di antara mereka juga ada yang berhasil menjadi pejabat tinggi, pengusaha besar, pendidik baik di sekolah maupun di perguruan tinggi, atau bahkan menjadi ulama besar. Mereka-mereka yang berhasil ini akhirnya menjadi donatur bagi panti asuhan tempat yang pernah membesarkannya. Terkadang ada juga di antaranya yang merintis bidang yang sama, yaitu pendirian panti asuhan atau lembaga sosial yang peduli dengan masalah-masalah sosial. Bisa dibayangkan betapa indahnya jika kita bisa melakukan hal yang sama demi mewujudkan perubahan sosial yang positif.
***
Semakin bertambahnya jumlah penduduk semakin bertambah pula wilayah-wilayah yang ditempati penduduk. Untuk itu, muncul pula banyak kota dan desa. Penduduk yang tersebar di berbagai kota dan desa mau tidak mau juga membutuhkan sarana transportasi dan telekomunikasi. Sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi, keduanya juga tidak terlepas dari perkembangan sains dan teknologi. Khusus untuk sarana telekomunikasi yang juga mengalami perkembangan sains dan teknologi alat telekomunikasi semakin hari semakin canggih. Kalau beberapa dasa warsa lalu orang berkomunikasi cukup dengan telepon kabel atau surat atau kartu pos, di zaman kiwari ini telepon kabel sudah jarang digunakan. Telpon kabel keberadaannya telah banyak digeser oleh telepon seluler (ponsel). Orang sudah terbiasa menggunakan ponsel seperti HP, gadget, atau android. Sedangkan untuk menyampaikan pesan orang tidak lagi menggunakan telegram atau surat cukup dengan SMS, WA, atau email. Alat komunikasi di zaman kiwari ini juga bukan hanya untuk komunikasi, tapi juga sebagai sarana hiburan untuk nonton di Youtube atau untuk sekedar rehat lewat game online atau untuk ber-selfie (memfoto diri sendiri) dan bisa juga foto bersama karena di setiap gadget atau android ada kameranya. Tidak cukup sampai di situ, di dunia perbankan untuk mengirim uang tidak lagi menggunakan wesel, tapi cukup menggunakan e-banking lewat android atau gadget atau lewat ATM. Jadi, tidak perlu lagi orang ke bank atau kantor pos untuk mengirim atau mentransfer uang. Demikian banyak di zaman kiwari kemudahan yang bisa dilakukan orang untuk berkomunikasi.
Kemudahan berkomunikasi juga berefek pada perilaku orang yang menggunakan komunikasi. Ada kecenderungan orang yang sudah terlalu akrab dengan gadget atau android-nya karena sering ber-WA, twitter, atau bermain game online menjadikan orang tidak peduli dengan sekitarnya. Dengan kata lain, orang-orang tersebut telah menjadi orang-orang yang autisme. Hal itu ditandai dengan terjadinya hambatan berkomunikasi. Selain itu, orang-orang semacam itu tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga perilaku hubungannya dengan orang lain terganggu. Tidak aneh kalau orang-orang yang sudah sangat tergantung pada alat komunikasi jenis ini menjadi orang yang cenderung individualis dan egois. Khusus untuk orang-orang yang sudah kecanduan game online, tidak sedikit korban yang diakibatkan oleh game online. Di bawah ini bisa dilihat efek samping pada orang-orang yang telah kecanduan game online. Mereka yang kecanduan game online bukan hanya mata menjadi sakit, tapi juga ada efek lain yang tidak kalah parahnya, yaitu cepat menjadi pikun. Tidak cukup sampai di situ, ternyata pecandu game online bisa mengalami depresi, skizoprenia, atau bisa juga terkena penyakit Alzheimer. Bukankah dengan demikian alat komunikasi canggih zaman kiwari semacam ponsel memiliki saham turut serta dalam mewujudkan perubahan sosial yang negatif?
TAK jarang Anda menemukan orang yang sedang asyik bermain game action di gadgetnya, padahal kondisi saat itu bisa dibilang bukan waktu yang tepat untuk bermain game. Ya, mungkin hal ini terjadi juga pada Anda. Kalau sudah asyik bermain video games, Anda biasanya akan lupa dengan kegiatan lain atau bahkan orang-orang di sekitar Anda. Namun, seseru apa pun permainannya, jangan sampai Anda bermain game action terlalu sering, ya! Sebab, para ahli menemukan bahwa efek main game action bukan cuma bikin mata jadi sakit, tapi juga cepat pikun, lho. Berikut pemaparan selengkapnya sebagaimana disarikan dari Hellosehat.com. Efek main game action untuk kesehatan otak Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk melepas penat. Ada yang suka mendengarkan musik, pergi jalan-jalan, atau sekadar menikmati hari dengan banyak tidur. Namun bagi kebanyakan pria, main game action menjadi aktivitas paling seru untuk menghabiskan akhir pekan. Apalagi kalau bermain bersama teman sebaya, Anda mungkin bisa sampai lupa waktu. Memang, sah-sah saja kalau Anda punya hobi suka main game. Akan tetapi, sebetulnya ada batasan main game yang perlu Anda perhatikan. Alih-alih menyegarkan pikiran, efek main game action yang terlalu sering bisa membahayakan otak, lho! Fakta mengejutkan ini ditemukan oleh Gregory West, dosen psikologi di Universite de Montreal, Kanada, pada tahun 2017. Padahal, beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa main game action memberikan dampak positif bagi penggunanya. Salah satunya adalah melatih kemampuan motorik dan fokus seseorang. Akan tetapi, hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Molecular Psychiatry ini justru mengungkap hal sebaliknya. Sebanyak 85 persen orang yang main game action selama 6 jam lebih setiap minggu memiliki bagian abu-abu (grey matter) yang lebih sedikit pada bagian hipokampus, dibandingkan yang jarang main game. Hipokampus adalah bagian otak yang menjadi pusat belajar, penyimpanan, dan pengolahan memori jangka panjang. Apabila keseluruhan hipokampus rusak, atau bahkan hanya sebagian saja, maka Anda dapat mengalami masalah memori yang serius. Kenapa bisa begitu? Saat main game action, Anda dipaksa berpikir kreatif untuk menemukan strategi mengalahkan lawan. Proses ini melibatkan bagian otak yang bernama striatum. Striatum adalah bagian otak yang bertindak seperti semacam autopilot. Maksudnya, otak Anda secara otomatis tahu seluk-beluk strategi permainan, misalnya kapan harus belok ke kanan, kiri, maju, atau mundur tanpa harus berpikir panjang. Jadi, bagian otak ini membuat arah ‘navigasi’ tadi menjadi sebuah kebiasaan. Semakin sering striatum ini digunakan, maka otak akan semakin sedikit menggunakan hipokampus untuk mengingat hal-hal penting. Akibatnya, hipokampus mengalami atrofi alias kehilangan sel-sel dan jaringannya secara perlahan. Dampak fatalnya, Anda tidak bisa lagi mengingat hal-hal yang sifatnya jangka panjang. Anda mungkin masih bisa mengingat kembali hal-hal yang terjadi beberapa waktu lalu, tapi sayangnya tidak dapat mengingat hal-hal yang baru terjadi sebelum hipokampus rusak. Misalnya saja, Anda sangat mudah mengingat nama-nama teman sekolah dulu. Namun, sekarang Anda malah gampang lupa dengan nama teman baru di kantor. Dengan kata lain, Anda jadi mudah lupa alias pikun meskipun usia Anda masih muda. Efek main game action terlalu berlebihan ternyata belum berhenti sampai disitu, lho! Orang dengan jumlah materi abu-abu yang lebih sedikit pada hippocampus ditemukan berisiko lebih tinggi terkena penyakit kejiwaan. Mulai dari depresi, skizofrenia, PTSD, hingga penyakit Alzheimer. Namun sayangnya, hal ini masih membutuhkan penelitian dan analisa lebih lanjut. |
Di atas disebutkan lewat alat komunikasi canggih zaman kiwari orang bisa mentransfer uang lewat e-banking (dalam hal ini sarananya android atau gadget). Kemudahan semacam itu terkadang dibayar mahal karena ada orang yang menyalahgunakannya untuk membobol uang. Orang yang biasa memanfaatkan kemudahan transaksi lewat e-banking tidak mustahil rentan dibobol uangnya lewat sarana yang sama. Ada saja cara orang untuk melakukannya. Karena itu, mereka yang terbiasa bertransaksi memakai e-banking harus ekstra hati-hati. Kisah di bawah ini menjadi bukti betapa mudahnya nasabah bank dibobol simpanannya bisa lewat ponsel atau ATM.
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kasus pembobolan rekening bank nasabah kembali terjadi belakangan, setelah pekan lalu lini masa Instagram diramaikan akun @Wisnukumoro yang mengaku isi rekeningnya di Jenius BTPN raib pada 29 Agustus 2019 dan diduga akibat ulah peretas. Pembobolan diketahui berawal dari pesan masuk ke ponselnya berisi kode verifikasi untuk masuk ke akun. Permintaan lantas dia tolak. Merasa curiga, akun kemudian ia blokir tetapi tidak berhasil. Hingga akhirnya peretas berhasil masuk dan secara bertahap menguras rekeningnya dalam waktu seharian. BTPN pun tengah melakukan proses investigasi dan dana simpanan nasabah telah dikembalikan oleh pihak Jenius. Head of Digital Banking BTPN Irwan S. Tisnabudi mengatakan, pihaknya juga melakukan edukasi agar nasabahnya memahami pentingnya keamanan data. “Antara lain mengedukasi nasabah agar membedakan email dan password untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan kebutuhan yang lain (e-commerce, social media, maupun aplikasi-aplikasi lainnya), serta mengganti PIN dan password secara berkala,” ujar dia ketika dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu. Sementara analis digital forensik Ruby Alamsyah menjelaskan, pada kasus Wisnu Kumoro tersebut, pelaku kejahatan melakukan modus hacking atau peretasan terhadap keamanan aplikasi mobile Jenius. “Kemungkinan besar pelaku menggunakan teknik SIM Swap, sehingga pelaku bisa mengakses ke data OTP yang dikirim ke nomer seluler korban yang terdaftar dalam aplikasi tersebut,” ujar dia kepada Kompas.com, Jumat (6/9). Kemudian pada pekan ini, terjadi lagi kasus pembobolan rekening yang dialami oleh nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), @adtynnr yang kehilangan Rp 80 juta dalam waktu satu minggu. Ruby menjelaskan, untuk kasus BRI yang terjadi adalah modus skimming. Dia menjelaskan, para pelaku melakukan penggandaan kartu ATM yang dilakukan untuk korban nasabah, baik di bank lokal Indonesia maupun kartu ATM di bank asing. |
Sebagai tambahan, perlu juga diketahui cara membongkar modus penipuan SIM SWAP yang sering digunakan dalam membobol nasabah bank.
Mudah-mudahan dengan melihat dan mempelajari gambar di atas siapapun yang memiliki e-banking bisa terhindar dari kejahatan modus penipuan SIM SWAP. Wallahu a`lam bissawab.
Sumber Gambar:
(https://images.app.goo.gl/nTgR8RasST3siWmk6)
(https://images.app.goo.gl/svfFw1pyVTrynDD99)