Subagio S. Waluyo

Goyang saja Menara Gading agar kaum akademis yang `bererot` gelar akademisnya, yang terkadang sering membanggakan almamaternya, bisa mencegah berbagai patologi sosial. Goyang saja Menara Gading agar `orang-orang intelek` dari kampus ternama di negeri ini sekalipun menghindari sebutan yang menyakitkan, kaum intelek `borju` dari kampus `borju`. Goyang saja Menara Gading agar makhluk-makhuk akademis mau terlibat dengan aktivitas sosial di tengah-tengah masyarakatnya. Goyang saja Menara Gading agar orang-orang kampus mau turut membenahi carut-marutnya birokrasi di negeri kolam susu ini. Goyang saja Menara Gading agar insan-insan akademis itu mau merasakan pahit getirnya kehidupan orang-orang duafa yang semakin hari semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya.  Terakhir, Menara Gading juga harus digoyang agar insan akademis yang katanya punya jam terbang pengajaran dan penelitian sudah beribu-ribu jam tapi miskin PM mau terlibat membenahi negeri ini.

Bagaimana cara insan akademis terlibat dalam membenahi carut-marut negeri ini?  Penulis di “Catatan dari Menara Gading (2)” menulis kalau seorang ilmuwan harus bisa membuktikan dirinya bahwa ilmu yang diperolehnya benar-benar bisa diterapkan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, ilmu yang dipelajarinya itu bisa memberikan manfaat buat dirinya sebagai seorang ilmuwan. Untuk itu, jika ditelusuri tulisan-tulisan yang terdapat dalam “Catatan dari Menara Gading” Penulis menyampaikan beberapa hal, di antaranya yang berkaitan dengan integritas, keserakahan, sikap egaliter, verbalistis, inovatif dan kreatif, (menghidupkan) mimbar bebas akademik, berdialog, kekritisan dan kepedulian, kejahatan virtual, instantisme, mengubah mindset, pragmatis-permisif, idealisme, civil society, subordinasi kekuasaan, berpikir kritis, melakukan kritik sosial, dan kemauan-kemampuan-keterampilan. Semua itu jika benar-benar dipelajari, sebenarnya lebih merupakan pembekalan buat para ilmuwan atau bisa juga insan akademis. Dengan memiliki semua itu diharapkan seorang ilmuwan bisa menggoyang Menara Gading. Artinya, sang ilmuwan tidak lagi membikin jarak antara dirinya sebagai ilmuwan dan masyarakat sekitarnya sehingga dirinya bisa benar-benar mengabdikan sepenuhnya bukan saja pada anak didiknya di PT, tapi juga di masyarakat.

Ketika berinteraksi dengan masyarakat, sang ilmuwan pasti menemukan adanya berbagai ketimpangan sosial. Sebut saja ketimpangan sosial sebagai fenomena sosial. Di sini sang ilmuwan dituntut untuk mengetahui lebih jauh apa saja yang termasuk dalam fenomena sosial. Selain itu, dia juga harus bisa menjawab faktor penyebab munculnya fenomena sosial. Bahkan, dia juga dituntut untuk memecahkan berbagai fenomena sosial. Untuk itu, Penulis berkaitan dengan fenomena sosial mengakhiri tulisan-tulisan yang terkait dengan “Catatan dari Menara Gading”. Sebagai gantinya, Penulis membuat judul baru, yaitu “Menggoyang Menara Gading”. Apakah ada perbedaan di antara kedua judul tersebut? Dalam tulisan-tulisan yang terdapat di “Catatan dari Menara Gading” seperti diuraikan di atas lebih merupakan pembekalan bagi para ilmuwan (boleh juga masuk ke dalamnya insan akademis), setelah mereka memiliki pembekalan, tiba saatnya mereka harus berbuat sesuatu buat masyarakat sekitarnya. Aktivitas nyata para ilmuwan untuk masyarakat di luar kampus Penulis masukkan ke dalam “Menggoyang Menara Gading”.

Untuk bisa `menggoyang Menara Gading` para ilmuwan harus bisa menemukan apa saja yang termasuk dalam lingkup fenomena sosial. Dalam hal ini yang termasuk fenomena sosial di antaranya tentang kemiskinan, pengangguran, korupsi, patologi birokrasi, deforestasi, kerusakan lingkungan, pembangunan yang gagal, negara gagal, disorganisasi keluarga, penyebaran berita palsu (hoax), kejahatan virtual, dan masih banyak lagi yang harus ditelusuri oleh para ilmuwan PT. Jadi, kata kuncinya sang ilmuwan harus secara intens menelusuri masalah-masalah sosial yang kerap bermunculan di hadapannya. Masalah-masalah sosial itu di negeri ini semakin hari semakin bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Di sini sekali lagi para insan akademis yang mengaku sebagai ilmuwan tertantang untuk menyelesaikan berbagai fenomena sosial.

***

Beralihnya kumpulan tulisan dari “Catatan dari Menara Gading” ke “Menggoyang Menara Gading” menjadi tantangan bagi Penulis untuk belajar menelusuri semua fenomena sosial. Untuk bisa menemukan fenomena sosial tidak cukup bersikap menunggu. Di sini Penulis harus rajin membuka konten-konten yang ada di internet. Setelah menemukannya, Penulis harus membuka berbagai referensi, baik dalam bentuk cetak (buku, majalah, jurnal, makalah, laporan hasil penelitian) maupun dokumen softcopy yang terdapat di internet. Sangat mungkin dalam “Menggoyang Menara Gading” isi tulisan lebih banyak daripada yang terdapat di “Catatan dari Menara Gading” karena untuk menyampaikan suatu bukti atau fakta Penulis harus mengutip dari sebuah tulisan, baik dalam bentuk cetak maupun dokumen softcopy yang terdapat di internet. Mudah-mudahan saja bahan yang Penulis sajikan bisa bermanfaat buat para insan akademis yang termasuk dalam lingkup ilmuwan yang memperoleh manfaat dari ilmu yang dipelajarinya. Wallahu a`lam bissawab.

(Selesai)

By subagio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp chat