Subagio S.Waluyo

Sebagai makhluk sosial, insan akademis pasti menginginkan kehidupan yang penuh dengan kedamaian, kenyamanan, dan keamanan. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan kerja-kerja kreatif. Kerja-kerja kreatif yang dilakoni jelas kerja kreatif yang mengarah ke nilai-nilai positif. Masa depan yang masih samar-samar bagi siapa saja tidak boleh sama sekali menyurutkan niat insan akademis untuk melakukan kerja-kerja kreatif yang memberikan nilai tambah. Untuk bisa melakukan kerja-kerja kreatif insan akademis harus memiliki tiga modal utama, yaitu kemauan, kemampuan, dan keterampilan. Tulisan ini membahas ketiga hal tersebut: kemauan, kemampuan, dan keterampilan.

***

Untuk punya kemauan, insan akademis harus banyak diberi motivasi. Motivasi menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:359) bisa diberikan dalam bentuk motivasi intrinsik (pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu) dan motivasi ekstrinsik (pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu). Dalam prakteknya motivasi ekstrinsik lebih banyak digunakan daripada motivasi intrinsik. Hal itu lebih disebabkan oleh tidak mudahnya menumbuhkan kesadaran dari dalam diri seorang insan akademis. Untuk bisa kerja kreatif insan akademis harus lebih mengutamakan motivasi intrinsik daripada motivasi ekstrinsik. Kalau lebih mengutamakan motivasi ekstrinsik, insan akademis tersebut akan selalu meminta kompensasi untuk melakukan aktivitas. Karya-karya besar hasil kerja kreatif manusia selama ini lebih disebabkan oleh adanya kemauan sendiri dari orang yang menciptakan karyanya. Karya-karya yang diciptakan atas dasar adanya kompensasi biasanya tidak terlepas dari adanya iming-iming atau boleh juga pesanan. Karya-karya pesanan tidak memiliki nilai lebih karena karya tersebut telah dicampuri oleh keinginan orang yang memberi pekerjaan. Bayangkanlah kalau negara dibangun oleh pemimpin yang lebih mengutamakan motivasi ekstrinsik akan seperti apa pemimpin tersebut dalam menjalankan pemerintahannya?

Setelah memiliki kemauan yang dibangun atas dasar motivasi intrinsik, seorang insan akademis yang mau melakukan kerja-kerja kreatif juga harus memiliki kemampuan (potensi diri). Untuk bisa memiliki potensi diri, insan akademis minimal mengenal tujuh potensi diri berikut ini.

Di luar itu semua, sebagai makhluk yang ber-Tuhan, insan akademis harus meyakini bahwa manusia diciptakan Sang Khalik dengan berbagai kelebihan yang justru tidak dimiliki makhluk-makhluk lain. Salah satu yang diberikan  yaitu akal. Dengan akal inilah seorang insan akademis bisa mengembangkan potensi dirinya kalau memang masih ada keinginan dan kesempatan untuk menggunakannya.

Faktor terakhir yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan kerja-kerja keras adalah keterampilan. Di era globalisasi ini segalanya serba cepat dan terukur. Untuk itu, agar bisa mengantisipasinya dibutuhkan kerja-kerja terampil. Keterampilan itu sendiri beragam. Setiap insan akademis harus konsens pada keterampilan yang lebih ditujukan pada diri sendiri. Untuk bisa mengembangkan keterampilan pada diri sendiri diperlukan sepuluh langkah berikut ini.

Di samping kesepuluh butir di atas, seorang insan akademis yang mau melakukan kerja-kerja keras harus punya konsentrasi menjadi seorang insan akademis yang baik dengan bersikap jujur pada diri sendiri. Sebagai tambahan, insan akademis tersebut sepanjang hidupnya harus bisa membimbing diri sendiri dengan baik (reni-em.blogspot.com).

***

Dengan melihat uraian di atas, memang tidak mudah melakukan kerja-kerja keras sehingga memerlukan proses. Prosesnya ada yang memang cepat, ada juga yang lambat. Baik proses yang cepat maupun lambat semuanya harus berangkat dari adanya kemauan yang lebih didominasi oleh motivasi intrinsik. Berkaitan dengan motivasi intrinsik ini seorang insan akademis harus menyingkirkan jauh-jauh pola pikir yang semuanya ingin serba instan. Mindset insan akademis yang cenderung, misalnya, melakukan sesuatu dengan serba instan (meminjam istilah yang dipakai Koentjaraningrat dalam KebudayaanMentalitas dan Pembangunan: mental menerabas) harus dihilangkan. Seandainya mindset  masih `doyong` ke mentalitas menerabas, jangan berharap insan akademis akan bisa melakukan kerja-kerja keras atau bahkan, membangun kreativitas.

Sumber Gambar:

(https://id.quora.com/Menurut-pandangan-kalian-sebenarnya-apa-penyebab-kemalasan)

 

By subagio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp chat