Subagio S. Waluyo

“Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kau berusaha menangkapnya, ia akan lari. Tapi kalau kau membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu.” – Ibnu Qayyim Al Jauziyyah

“Keluarga sakinah bukan keluarga yang tanpa masalah, tapi mereka terampil mengelola konflik menjadi buah yang penuh hikmah.” – Abdullah Gymnastiar

(https://www.liputan6.com/ramadan/read/3989189/22-kata-kata-mutiara-islam-tentang-kehidupan-agar-lebih-bersyukur)

Semua yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi. Semua di dunia ini fana. Semua yang ada di dunia ini juga pasti berubah. Seluruh isi alam semesta ini pasti berubah. Termasuk dalam hal ini manusia juga pasti berubah. Coba saja perhatikan siklus kehidupan manusia yang dimulai dari kelahiran, anak-anak, orang dewasa,  sampai tua dan dipanggil Tuhan juga pasti mengalami perubahan. Jadi, dalam kehidupan di dunia ini tidak ada yang tidak berubah. Semuanya pasti berubah terutama perubahan yang kasat mata, yaitu fisik. Coba kita perhatikan gambar di bawah ini yang memperlihatkan perubahan fisik manusia dari sejak lahir sampai lanjut usia (lansia, aki-aki).

Perubahan pada diri manusia bukan sekedar perubahan fisik tapi juga hal-hal yang berkaitan dengan perilakunya, jalan hidupnya, nasibnya, kemampuan intelektualnya (kalau manusianya mau belajar), dan atau kehidupan keagamaannya. Apakah ada perilaku manusia yang tidak berubah? Ada! Tapi hanya sebuah pengecualian (kasus). Maaf, anak yang mengalami keterbelakangan mental atau anak berkebutuhan khusus (ABK) atau anak idiot tidak akan pernah berubah perilakunya. Secara fisik pasti berubah. Jadi, kalau ada manusia yang tidak pernah berubah perilakunya patut dicurigai: jangan-jangan dia ABK atau idiot. Di dunia ini patut kita bersyukur tidak banyak orang yang seperti itu.

***

Perubahan jalan hidup juga pasti terjadi. Orang yang sejak kecil melihat pekerjaan orangtuanya melakukan perbuatan maksiat, sang anak ketika besar dan dewasa juga akan melakukan hal yang sama. Padahal setiap anak dilahirkan dalam kondisi suci. Dia diibaratkan seperti kertas putih. Tinggal orang di sekitarnya yang akan menggoreskan kertas putih itu: apakah akan jadi anak yang tetap bersih atau sudah banyak coretan sehingga kertas itu menjadi kotor. Siapa yang menggoreskan itu? Tentu saja orang di sekitarnya: orangtuanya atau boleh juga masyarakat yang ada di sekitarnya. Jadi, ada perubahan jalan hidup dari fitrahnya yang bersih menjadi orang yang penuh kemaksiatan. Apakah masih bisa berubah? Bisa! Dia harus benar-benar bertaubat. Bukti taubat itu adalah meninggalkan sepenuhnya kemaksiatan dan banyak beribadah kepada Tuhan. Agar benar-benar terlindung dari kemaksiatan yang sewaktu-waktu bisa-bisa saja seorang hamba Tuhan kembali kepada kemaksiatan, dia harus hidup dan tinggal di kalangan orang-orang yang saleh-salehah, orang-orang yang baik perilakunya, atau orang-orang yang terjaga kedekatannya pada Tuhan. Jangan coba-coba walaupun sekali saja dia mendekati orang-orang yang sudah jelas-jelas hidup dengan kemaksiatan.

Perubahan nasib juga bisa terjadi. Kalau yakin saja bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib satu kaum (kalau) kaum itu sendiri tidak mau mengubah nasibnya, kita pasti bisa berubah nasibnya. Kita yang semula di dunia ini lahir tidak punya apa-apa (kecuali tubuh dan panca indra  yang sempurna), kemudian kita bisa mengecap pendidikan sampai jenjang pendidikan tertinggi, setelah itu kita bekerja dan berpenghasilan, apa yang terjadi? Ternyata, kita pada akhirnya punya apa-apa. Artinya, kita punya kendaraan (walaupun hanya motor kreditan), pakaian dan sepatu (kalau perlu jam tangan) yang kita gunakan hasil keringat sendiri. Bahkan, kita bisa  menghidupi anak-istri (memberikan makanan yang sehat dan halal), pakaian yang masih layak pakai, dan punya tempat tinggal yang layak (walaupun juga rumah kreditan yang angsurannya sampai lima belas tahun). Ternyata, ada juga orang yang lebih beruntung karena di usia muda dia sudah punya kendaraan roda empat, rumah mewah, dan anak-anaknya bisa mengecap pendidikan bermutu (kalau perlu berkelas internasional). Itu perubahan nasib yang baik.

Ada juga jenis manusia yang nasibnya makin tua makin `apes` alias makin tidak jelas. Jenis manusia seperti ini termasuk jenis `madesu` (masa depan suram). Kok, bisa begitu? Apakah ini menunjukkan Tuhan itu tidak adil atau Tuhan itu pilih-pilih kasih? Nanti dulu, itu bukan kesalahan Tuhan. Itu kesalahan manusia yang bersangkutan. Boleh jadi waktu orang- tuanya masih bisa membiayai pendidikannya dia main-main atau tidak bersungguh-sungguh untuk belajar. Lebih banyak waktunya untuk main game online atau setiap hari matanya hanya melototi gadget (kalau tidak main game online, lihat situs-situs porno, atau ber-WA-an saja sama pacarnya) sehingga waktunya dihabiskan hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Wajar kalau sudah mencapai pendidikan tertinggi orang jenis ini tidak punya kempetensi apa-apa. Wajar juga kalau nasibnya boleh jadi akan mengalami `madesu`. Gambar berikut ini salah satu contohnya.

***

Manusia juga bisa mengalami perubahan intelektual. Perubahan intelektual bisa terjadi lewat pendidikan. Dalam hal ini lewat pendidikan formal (sekolah, perguruan tinggi). Meskipun demikian, bisa juga ditempuh lewat pendidikan informal (keluarga) dan nonformal (pendidikan luar sekolah). Jadi, lewat pendidikan keluarga seseorang bisa berubah cara berpikirnya. Bahkan, pendidikan yang paling utama dimulai dari keluarga (informal). Keluarga yang baik akan menghasilkan perilaku anggota keluarganya juga Insya Allah baik. Keluarga yang buruk juga demikian. pasti menghasilkan anggota keluarga yang buruk. Oleh karena itu, pendidikan keluarga dimulai dari ketika seseorang berencana untuk bekeluarga. Dimulai dari mencari pasangannya. Apakah suami/istri yang akan diajak bekerluarga termasuk baik agamanya? Jadi, masalah pendidikan, kecantikan/ketampanan, atau harta itu nomor kesekian setelah agama. Dalam hal ini pasangan hidupnya nanti apakah termasuk orang yang taat pada agamanya atau justru jauh dari agamanya? Keluarga yang dibangun atas dasar ketaatan pada agama, Insya Allah akan melahirkan anggota keluarga yang baik. Maksudnya, baik aqidahnya, ibadahnya, dan akhlaknya.

Kalau di keluarga sudah baik, ketika anggota keluarga tersebut menempuh pendidikan di sekolah diharapkan akan menjadi siswa atau mahasiswa yang juga baik. Maksudnya, dia akan berperilaku atau berakhlak baik. Itu modal utamanya. Kalau akhlaknya sudah baik, ketika belajar dia jauh dari perilaku buruk seperti menyontek. Kalau menulis karya ilmiah, misalnya, dia akan menghindari budaya mencuri data orang lain. Sebaliknya, dia akan bersungguh-sungguh melakukan segala hal untuk memperoleh prestasi akademisnya. Dia akan memanfaatkan setiap waktunya untuk melakukan segala hal yang bermanfaat. Buatnya setiap hembusan nafas harus diisi dengan yang bermanfaat baik buat diri sendiri maupun orang lain. Orang seperti ini akan menampakkan secara terus-menerus adanya perubahan dalam berpikir.  

***

Pendidikan di sekolah tidak menjamin seseorang sukses dalam menjalani kariernya. Ada orang yang memperoleh gelar akademis tertinggi, tapi karena perilakunya buruk akhirnya gelar akademis yang dibangga-banggakan itu tidak bisa memberikan pertolongan ketika dia masuk bui. Boleh jadi dia selama ini berlindung di balik gelar akademisnya untuk melakukan berbagai penipuan atau penyalahgunaan jabatan sehingga akhir hidupnya di balik teralis penjara. Boleh juga gelar akademis dan IPK-nya yang terbilang tertinggi (mendekati 4.0) seperti tidak memberikan manfaat apapun karena tempat dia belajar memang sangat berbaik hati mengobral nilai sementara sisi lain di luar capaian nilainya tidak diperhatikan, yaitu kompetensinya.Artinya, nilai akademis tidak sesuai dengan kompetensinya. Dia memang telah mengantongi ijazah S1, S2, bahkan S3 dengan IPK tinggi, tapi IPK tertinggi itu tidak relevan dengan kompetensinya sehingga ketika memasuki dunia kerja dia gagap alias tidak becus melakukan pekerjaan. Jadi, yang paling penting orang punya kompetensi bukan nilai prestasi akademik. Salah besar kalau ada instansi baik negeri maupun swasta yang mematok nilai berdasarkan IPK teringgi (misalnya harus ber-IPK 3.0).

Banyak orang sukses yang dihasilkan dari pendidikan nonformal. Jangan anggap enteng lembaga-lembaga kursus walaupun sebatas malatih orang terampil mengelas misalnya. Banyak pengusaha las yang memulai kariernya dari belajar mengelas kemudian bekerja di bengkel las. Karena punya keinginan kuat untuk menjadi pengusaha, dia tekun bekerja dan hidup hemat. Seiring berjalannya waktu, ketika sudah punya pengalaman dan keterampilan yang memadai serta modal dari kebiasaannya menabung akhirnya dia bisa buka usaha bengkel las. Di awal usahanya dia menyewa tempat. Tapi, ketika usahanya sudah maju tidak mustahil dia akan punya bengkel las yang permanen. Ini merupakan sebuah contoh saja bahwa kita tidak boleh merendahkan pendidikan nonformal karena lewat pendidikan nonformal banyak orang yang berhasil dalam menempuh kariernya.       

Dalam pandangan  beragama manusia juga mengalami perubahan. Ada  manusia yang semakin tua semakin taat pada agamanya. Tapi, ada  juga  manusia yang semakin tua semakin jauh dari agama. Beruntunglah orang yang semakin taat pada agamanya. Ketaatan beragama tidak terikat dengan usia. Kalau perlu, sejak kecil pun manusia sudah menunjukkan ketaatannya dalam beragama. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri  boleh jadi ada manusia yang semula taat pada agamanya karena godaan dunia dia menjadi jauh dari agamanya. Dia lebih cenderung mengejar kehidupan dunia yang di depan matanya memang serba gemerlap tapi sebenarnya penuh dengan tipuan. Lagi-lagi manusia banyak tertipu dengan kehidupan dunia. Sangat merugi kalau ada manusia yang tidak berubah dalam menempuh kehidupannya di dunia ini. Agar orang sukses baik di dunia maupun di akhirat sekali lagi agama menjadi modal utama dalam menapaki jalan kehidupannya. Kisah sukses di bawah ini merupakan cermin ketika seseorang memulai kariernya dari lembaga yang berbasis keagamaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menjadi seorang pebisnis, tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Marino Nugroho (31 th). Apalagi ia mengaku tidak memilki bakat dan pendidikan untuk menjadi pengusaha. Sekolah pun tak tamat SMA, karena saat masih muda ia banyak habiskan waktunya untuk hura-hura di jalanan. Tapi kini Marino menjadi salah satu pendiri Neonbox.id,  sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa periklanan. Omsetnya mencapai Rp  50 juta per bulan dan sudah memiliki lima orang karyawan. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan jasanya pun merupakan perusahaan dengan brand-brand ternama.

Tahun 2014 lalu Marino memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan meninggalkan daerah kelahirannya, Cilacap. Mempunyai mimpi punya pekerjaan yang enak, Marino justru menjadi tukang las di salah satu bengkel. Karena saat itu hanya itu yang bisa ia pelajari dengan mudah.

Bosan kerja di bengkel, tahun 2015 Marino masuk ke Rumah Gemilang Indonesia (RGI), program pembinaan generasi produktif binaan LAZ Al Azhar dan mengambil jurusan desain grafis. Ia ingin memiliki skill lain yang bisa ia andalkan untuk mencari kerja nantinya. Tapi ternyata selama di RGI Marino juga berhasil memperbaiki dirinya. Ia tak hanya belajar cara desain, layout dan lain-lain, tapi juga belajar bagaimana untuk memahami agama Islam secara benar.

“Alhamdulillah RGI mengubah hidup saya. Bagi saya RGI sudah seperti rumah. Di sana saya seperti orang yang terlahir dan hidup kembali. Kedua orang tua saya sudah meninggal. Sempet kepikiran, apa yang bisa saya kasih untuk mereka, sementara doa untuk mereka aja saat itu saya gak bisa. Alhamdulillah setelah di RGI kini saya bisa mengirimkan doa untuk mereka,”  aku Marino sambil mata berkaca-kaca, melalui rilis LAZ Al Azhar yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/3).

Setelah lulus dari RGI, Marino mengaku melihat ada bengkel las yang masih beroperasi tapi kondisinya setengah hidup. Ia pun berinisiatif untuk menyampaikan konsep bisnis ke pemiliknya agar bengkel las itu bisa bangkit kembali. Akhirnya konsep bisnis yang ditawarkan Marino pun diterima dan kini mereka bekerja sama.

Marino pun mulai membangun usaha barunya ini dari nol. Ia pasarkan jasa pembuatan neon box  lewat website dan sosial media. Alhamdulillah satu persatu orderan pun mulai masuk.

“Dulu setiap ada orderan masuk saya yang mendesain dan las sendiri, sampai saya yang pasang ke tempatnya langsung. Kalau  sekarang sudah mulai banyak orderan,  jadi saya harus rekrut karyawan. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar,”  ujar Marino.

Bisnis neon box Marino yang ia jalankan sejak 2018 lalu ini sudah memiliki klien hampir seluruh wilayah di Jabodetabek. Ia pun mengaku bersyukur dengan apa yang ia capai saat ini. “Bagi saya sukses itu hak semua orang. Tak  peduli apa latar belakang kita, asal kita punya tekad kuat, semangat pantang menyerah dan banyak beribadah, tentunya kita berhak mendapat kesuksesan itu,”  jelas Marino.

(www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/pnx5vz374/tukang-las-itu-sukses-jadi-pengusaha-neon-box)

***

Melihat petikan berita di atas, paling tidak kita bisa menyimpulkan bahwa seseorang bisa berhasil dalam menempuh jalan hidupnya kalau ada tekad yang kuat, yaitu  keinginan untuk mengubah nasib atau jalan hidupnya. Dalam mengubah nasib ini, seseorang harus disertai dengan landasan keagamaan yang kuat. Dia harus memiliki aqidah yang benar karena dari aqidah yang benar akan ada keyakinan bahwa Tuhan pasti melihat apapun yang dikerjakannya (merasa diawasi Allah) sehingga tertanam kejujuran. Dia juga harus tekun beribadah (mengerjakan perintah Tuhan dalam bentuk solat dan puasa disertai dengan kebiasaan bersedekah atau infak dan zakat). Jadi, bukan hanya solat dan puasa atau haji (jika mampu), tapi juga membiasakan diri berapapun keuntungan yang dia peroleh sebagian disisihkan untuk kemaslahatan umat atau tempat-tempat ibadah. Insya Allah dengan cara demikian rezeki yang diperolehnya akan benar-benar bersih dan diberkahi Allah SWT. Kalau usahanya sudah diberi keberkahan oleh Allah, Insya Allah usahanya semakin baik dan maju.

Sumber Gambar: 

(https://images.app.goo.gl/n2zGc6di8g4wpEwQ9)

 (https://images.app.goo.gl/Vw1zo1HAEvZVqtcB7)

 

By subagio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp chat