Subagio S. Waluyo

Narasi itu disebut juga cerita. Cerita bisa berangkat dari fakta. Orang sebut sebagai autobiografi atau biografi. Autobiografi Wikipedia menyebutnya sebagai riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri (https://id.wikipedia.org/wiki/Autobiografi). Sedangkan biografi Wikipedia menyebutnya sebagai karya sastra yang berisikan riwayat hidup seorang tokoh yang dianggap penting oleh masyarakat tertentu (https://id.wikipedia.org/ wiki/Biografi). Jadi, kalau merujuk pada Wikipedia biografi merupakan karya sastra. Autobiografi bukan karya sastra walaupun ditulis oleh seorang sastrawan? Tampaknya, kita tidak perlu memasalahkan kedua kata tersebut. Kita hanya memastikan autobiografi dan biografi termasuk narasi yang berangkat dari fakta walaupun terkadang muatan keduanya ada juga unsur imajinasinya. Berikut ini contoh keduanya yang bisa kita pelajari penulisannya.

Autobiografi

Masa kecil saya banyak diisi dengan aktivitas bermain. Di benak saya ketika itu tidak ada pikiran lain kecuali bermain. Buat saya dengan bermain pada waktu itu ada rasa kepuasan diri yang tidak ternilai. Kalau ditanya tentang waktu-waktu saya belajar di  luar sekolah, sedikit sekali waktu saya untuk belajar. Belajar hanya dilakukan di malam hari. Itu pun selesai belajar (yang hanya paling lama satu jam), ya bermain lagi sampai datang rasa kantuk atau capai baru selesai bermain. Itulah dunia masa kecil saya, masa kecil yang merasa puas bila diisi dengan bermain.

Selain, belajar di malam hari sore harinya (itupun cuma paling lama satu jam) saya mengaji. Mengaji waktu itu baru sekedar belajar membaca Al-Qur`an (alif ba ta). Orang tua saya sengaja mendatangkan guru mengaji (ustadz) ke rumah. Saya dan adik-adik saya ikut belajar mengaji. Selesai mengaji saya ke mushollah yang letaknya di sebelah rumah untuk sholat magrib. Sementara menunggu waktu sholat, sebagai anak-anak ya saya gunakan untuk bermain. Singkatnya, kapan saja ada kesempatan tidak ada aktivitas yang lain kecuali bermain.

Orang tua saya bukan melakukan pembiaran kalau aktivitas anaknya cuma bermain. Sekali-sekali juga turut memarahi. Bahkan, kalau dalam pandangan mereka sang anak sudah dianggap keterlaluan karena seringnya bermain, sekali-sekali juga orang tua saya menjewer atau menyentil telinga. Tetapi, namanya juga anak-anak, perilaku yang dalam pandangan mereka dinilai negatif (karena seringnya bermain) tidak akan mempan, tetap saja saya dan adik-adik mengulanginya lagi. Meskipun saya lebih banyak waktunya untuk bermain daripada belajar atau mengaji, prestasi belajar saya di sekolah tidak pernah buruk. Jika ada pekerjaan rumah (PR), tanpa disuruh segera saya kerjakan. Kalau PR itu sulit (terutama untuk belajar berhitung atau matematika) saya bertanya pada teman-teman yang pendidikannya jauh lebih tinggi daripada saya. Di samping itu, dalam masalah ibadah sejak kecil saya sudah terbiasa sholat lima waktu dan puasa di bulan Ramadhan. Mungkin karena kebiasaan positif ini yang membuat orang tua saya pada akhirnya jenuh menegur atau memarahi saya.

***

Ketika kecil orang tua saya jarang membelikan mainan. Pada waktu itu walaupun sudah ada jenis mainan produksi pabrik (kebanyakan produk-produk luar dari China), orang tua saya sekali-sekali saja membelikan mainan. Mungkin karena ada kebiasaan buruk yang saya lakukan, yaitu mainan yang mereka belikan umumnya umurnya tidak panjang. Kalau tidak rusak, karena sering dibongkar atau dikutak-katik, ya hilang tidak jelas rimbanya. Di rumah saya tidak ada tempat khusus untuk tempat mainan (tidak seperti sekarang ketika saya mempunyai anak dan cucu). Buat saya dan adik-adik dengan jarangnya orang tua membelikan mainan tidak jadi masalah karena masih banyak permainan yang bisa mengisi aktivitas bermain saya yang tentu saja tidak akan mengurangi kesenangan saya.

Dengan jarangnya orang tua membelikan mainan produk pabrik, saya dan adik-adik menjadi kreatif. Apapun barang-barang bekas di hadapan saya pada waktu itu jadi mainan. Kalau ada kulit jeruk bali, saya jadikan mobil-mobilan. Kalau ada kertas bekas, saya jadikan pesawat terbang atau kapal laut. Bahkan, sekali-sekali saya buat layangan dari kertas koran atau kertas bekas pembungkus (semacam kertas minyak yang berwarna merah, kuning, hijau, atau putih). Uang jajan saya belikan benang gelasan. Sekali-sekali dengan teman-teman saya buat benang gelasan dengan hanya melihat orang yang membuat benang gelasan. Walaupun hasil buatan saya tergolong tidak bagus, buat saya yang penting saya bisa ikut bermain layang-layang.

Kali lain, ada balon gas yang sudah meletus saya bakar untuk dijadikan alat menangkap capung. Karena kurang hati-hati, hasil bakaran itu mengenai tangan kiri saya. Lumayan panas dan melepuh. Beberapa hari tangan saya melembung seperti ada cairan. Ketika saya tusuk cairan itu, sakitnya luar biasa. Tapi, memang dasar anak-anak, tetap saja saya melakukan hal yang sama walaupun saya telah belajar dari pengalaman terdahulu agar tidak lagi melukai tangan saya. Lelehan balon itu saya tempelkan di lidi. Jadilah dengan alat itu saya menangkap capung. Benar-benar permainan yang murah yang menimbulkan kepuasan jiwa anak-anak.

Untuk membeli mainan tradisional seperti meriam bambu, saya harus merogoh dari kantung sendiri. Dulu di pinggiran kali Ciliwung ada orang yang menjual bambu-bambu yang bisa digunakan meriam bambu. Biasanya, saya membeli bambu bersama adik-adik saya dan beberapa teman. Bermain meriam bambu dengan modal yang relatif kecil sangat menyenangkan. Tetapi, aktivitas meniup asap yang ada di bambu yang diteruskan dengan menyundutnya sehingga terdengar gelegarnya sebuah kenikmatan tersendiri  meskipun suara letupannya jika dibandingkan dengan petasan tentu saja jauh lebih keras suara petasan.

Terkadang sebagai anak-anak, mungkin ini efek dari seringnya baca-baca komik yang penuh dengan cerita heroik atau nonton film-film perang di TV (pada waktu itu cuma ada TVRI) yang hitam putih saya dan teman-teman membuat ketapel. Lagi-lagi bahan dasar untuk membuat ketapel juga dari barang-barang bekas yang ada di sekitar kita yang sangat mudah didapat. Masih tentang kisah-kisah heroik, karena saya dan teman-teman sering nonton tv yang bercerita tentang kehebatan samurai yang tokohnya utamanya (kalau tidak salah) Shintaro, saya membuat pedang-pedangan dari bambu bekas pagar rumah. Sebagai pelindung agar tangan yang memegang alat itu tidak terluka ketika bermain saya gunakan karet bekas sendal jepit  yang dipotong  pas ukuran genggaman tangan. Singkat kata, semua benda yang dijadikan mainan relatif dari bahan-bahan yang mudah didapat. Kalau terpaksa harus beli, juga tidak harus merogoh kantung terlalu dalam alias murah. Jadi, permainan anak-anak di masa itu yang mahal bukan harganya tetapi kreativitasnya.

***

Meskipun saya lahir tinggal dan besar (sampai dewasa dan berkeluarga) di ibukota, Jakarta, kondisi Jakarta pada tahun-tahun `60-an dan `70-an tidak seperti sekarang. Pada waktu itu halaman-halaman rumah masih cukup luas. Masih banyak didapati tanah lapang yang bisa saya gunakan untuk bermain dengan teman-teman. Segala macam bentuk permainan anak-anak yang sekarang ini dikenal sebagai permainan tradisional banyak dimainkan. Umumnya, permainan tradisional itu sebagian besar tidak perlu keluar uang. Permainan anak-anak seperti `galasin` (kalau di Jawa Tengah dinamakan `gobak sodor`) yang dimainkan secara massal yang terbagi dalam dua grup (satu grup bisa sampai empat atau enam orang). Permainan ini hanya butuh tanah yang agak luas dan rata (ada tanah yang luasnya 100 meter juga sudah cukup) atau kalau ada lapangan badminton yang sedang tidak digunakan juga bisa dipakai untuk bermain `galasin`. Permainan ini akan terasa lebih nikmat jika dimainkan di malam hari ketika terang bulan.

Hampir semua permainan anak-anak yang tergolong tradisional yang bisa dimainkan bersama-sama dan tidak butuh biaya (kalau terpaksa harus keluar uang juga relatif murah), seperti `petak umpet`, `benteng`, `egrang`, `perang-perangan`, `bola kasti`, `layangan`, dan `galasin` membutuhkan tenaga ekstra. Dengan bermain `galasin saja, misalnya, anak harus bisa berlari cepat, lincah, cekatan, dan harus bisa mengelabui musuhnya yang menjadi penjaga. Jenis permainan seperti galasin juga mebutuhkan kekompakan kelompok. Dalam permainan ini dibutuhkan adanya kesatuan komando sehingga untuk bisa memainkannya dengan apik harus ada satu orang yang menjadi kepala regu.

Dikutip dari “Kota Anak-Anak Alfa” (Buku Kota Gigantisme oleh Subagio S.Waluyo, 2022:104-108)

 

Biografi:

Bill Gates

Lebih dikenal dengan sapaan Bill Gates oleh seluruh masyarakat dunia. Ternyata pria kelahiran 28 Oktober 1955 di Seattle Washington ini memiliki nama lengkap Willian Henry Gates III. Bill Gates dikenal dengan kejeniusannya menciptakan dan mendirikan Perusahaan Microsoft. Pada tahun 1995 hingga 2007 dirinya tercatat sebagai orang terkaya nomor satu di dunia oleh majalah Forbes.

Ia bersama sang istri Melinda Gates telah mendirikan Yayasan Bill and Melinda Gates. Ia merupakan anak kedua dari tiga saudara dengan Ayah seorang pengacara, sementara sang ibu adalah guru. Sejak kecil Bill Gates telah menunjukkan kecerdasannya. Namun, karena memiliki semangat berlebihan, beliau cenderung mendapatkan kesulitan dimasa-masa sekolah.

Saat Bill kecil memasuki usia 13 tahun dikirimkan kedua orangtuanya ke sekolah di kota lain. Sebuah sekolah bergengsi khusus anak laki-laki yaitu Lakeside School. Pada tahun 1928 di sekolahnya merupakan saat pertama kali Bill Gates mengenal dunia komputer. Saat itu hanya berbentuk mesin teletype yang menghubungkan telepon dan komputer pembagian waktu. Saat itu disebut mesin ASR-33 dan kondisinya masih pasaran.

Seperti mesin ketik yang dapat dimasukkan perintah dan setelah itu dikirimkan ke komputer. Kemudian, kita akan memperoleh jawaban yang diketikkan diatas gulungan teletype tersebut. Bill Gates menganggap bahwa proses tersebut memakan waktu lama dan merepotkan. Ia pun belajar BASIC dan menguasai dengan cepat, bahasa pemrograman bersama para hecker di Lakeside.

Mereka belajar secara mandiri dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menulis program dan belajar segala hal mengenai komputer. Bersama temannya Paul Allen, pada tahun 1975 mereka tengah mempersiapkan program software pertama kalinya yang digunakan mikro komputer. Bill Gates dan Paul Allen sangat yakin bahwa software merupakan kunci membuka masa depan dunia teknologi. Hal inilah merupakan cikal bakal dari Microsoft.

Kemudian mereka melanjutkan studi di Harvard University, saat itu mereka membuat perangkat Altar BASIC lunak untuk Altar 8800 pada tahun 1970-an. BASIC tersebut merupakan inspirasi terbentuknya sebuah bahasa komputer yang dipelajari dan ditulis dalam kolese Dartmouth dengan mudah.

Perkembangan selanjutnya, hasil karya mereka dinamai Microsoft Basic yang digunakan untuk sistem operasi komputer MS.DOS. Microsoft Basic tersebut kemudian ditingkatkan menjadi versi Microsoft Quick Basic dan dijual tanpa kompiler. Quick Basic tersebut lebih dikenal dengan sebutan Qbasic dan diperbarui menjadi Visual Basic.

Dalam awal era 1970-an, Bill Gaters mengirimkan surat terbuka kepada komunitas yang memiliki hobi komputer. Isi suratnya tersebut menyatakan bahwa terdapat pasaran untuk menjual program perangkat lunak tersebut secara komersial. Program perangkat lunak tersebut tidak layak untuk di gandakan maupun di salin tanpa izin dari penerbitnya.

Namun ketika itu, komunitas pencinta komputer dipengaruhi dengan paham mengenai pengetahuan maupun inovasi wajib dibagi oleh komunitasnya. Setelah itu, Bill Gates mendirikan Perusahaan Microsoft yang menjadi perusahaan tersukses di dunia. Lahirnya perusahaan ini menjadi pemimpin ke arah pembukaan industri software komputer sampai sekarang.

Microsoft memiliki rencana untuk membeli sistem operasi x86 yang berasal dari Seattle Computer Company namun rencana tersebut gagal. Ditambah lagi Microsoft saat itu tengah digugat oleh Seattle Computer Company. Saat memasuki dasawarsa 1980, Bill Gates patut berbahagia berkat kemungkinan penggunaan CD-ROM untuk menyimpan dokumen. Penerbitan CD-ROM ini di sponsori oleh The New Papyrus.

Berita tak terduga datang di awal tahun 2000, Bill Gates mengundurkan diri sebagai CEO. Ia memberi mandat kepada Steve Ballmer, seorang teman lamanya. Sementara itu, ia tengah mempersiapkan diri untuk menggeluti hobi lamanya sebagai pencipta perangkat lunak. Saat ini ia memimpin microsoft dalam Kepala Penelitian dan Pengembangan Perangkat Lunak, perusahaan yang didirikannya sendiri.

Bill Gates menikahi Miranda French pada 1 Januari 1994 dan dikaruniai 3 orang anak. Mereka adalah Jennifer Katharine Gates, Rory John Gates, dan Phoebe Adele Gates. Bersama sang istri, ia mendirikan Bill and Melinda Gates Foundation merupakan yayasan sosial filantropi. Ia mengemukakan sebuah pernyataan untuk menyumbangkan 90 persen hartanya selama ia mendirikan microsoft melalui koran Washington Post tahun 1997.

Bill and Melinda Gates Foundation mengemban misi untuk memberikan beasiswa tingkat universitas untuk kaum minoritas. Di samping itu juga melawan AIDS dan penyakit-penyakit yang menyerang penduduk dunia ketiga. Pada tahun 2005, Gates menerima suatu penghargaan dari Ratu Elizabeth II yakni Knight Commander of the Order of the British Empire. Saat ini ia tengah mengkonsentrasikan diri pada yayasan yang ia dirikan bersama Melinda Gates.

(https://voffice.co.id/jakarta-virtual-office/business-tips/biografi-bill-gates-pendiri-microsoft-salah-satu-orang-terkaya-di-dunia/)

Apa yang membedakan autobiografi dan biografi? Apakah cukup dengan mengatakan kalau autobiografi ditulis oleh orang itu sendiri? Sedangkan biografi ditulis oleh orang lain (pihak ketiga)? Sebagai tambahan informasi kita perlu menyimak dari Serafica Gischa yang membuat dikotomi keduanya. Penulis menyebutkan kalau autobiografi biasanya berisi:

  1. informasi tentang masa kehidupan tokoh itu sendiri dari yang sulit sampai mencapai keberhasilan;
  2. biasanya menampilkan informasi yang positif saja;
  3. informasi yang ditulis biasanya agar masyarakat lebih kenal dan tahu tentang yang telah dilakukan selama dirinya hidup (tujuannya agar bisa diambil hikmah dan pelajaran yang berharga); dan
  4. banyak berisi pandangan atau pendapat tokoh yang diceritakan.

Sementara itu, biografi biasanya berisi:

  1. latar belakang kelahiran, pendidikan, dan keluarga;
  2. kiprahnya di bidang ilmu atau pekerjaan yang ditekuni; dan
  3. gagasan, sikap, dan tindakan tokoh.

(https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/22/063000769/perbedaan-biografi-dan-autobiografi)

Kalau baik dalam autobiografi maupun biografi ada unsur-unsur imajinasi, apakah itu dibolehkan? Sepanjang yang kita ketahui sah-sah saja orang menulis entah itu autobiografi atau biografi yang di dalamnya ada unsur-unsur imajinasi. Bukankah dengan adanya unsur-unsur imajinasi membuat orang mau membacanya sampai tuntas? Jadi, tidak ada yang melarang kalau ada yang mau memasukkan unsur-unsur imajinasi dalam tulisan autobiografi atau biografi. Silakan kalau ada di antara kita yang mau menulis tentang dirinya sendiri atau kisah orang lain!

Sumber Gambar:

(https://tirto.id/bill-gates-sang-peramal-masa-depan-cwgl)

By subagio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp chat