Subagio S.Waluyo
Setelah mencoba menulis paragraf dipancing dengan gambar ilustrasi, sekarang kita mencoba menulis paragraf yang juga dipancing dengan gambar karikatur. Menulis paragraf, baik dipancing dengan gambar ilustrasi maupun karikatur pada prinsipnya sama. Sama-sama di tahap pertama kita mengamati gambar tersebut. Nanti dari hasil pengamatan kita menyimpulkan gambar ilustrasi yang dijadikan objek tulisan berisikan tentang, misalnya, perilaku konsumtif. Untuk gambar karikatur selain mengamati gambar juga ada kata-kata yang tercantum di situ, misalnya, pada gambar karikatur di atas tertulis `Hari Anak`. Selain itu, pada gambar karikatur ada misi tertentu yang ingin disampaikan oleh sang karikaturis, yaitu kritik sosial buat kalangan tertentu. Dalam hal ini kalangan tertentu bisa pemerintah, pengusaha, tokoh-tokoh nasional, masyarakat, kalangan pendidik, orang tua, atau bisa juga kalangan anak-anak milineal. Jadi, semua pihak bisa dijadikan sasaran kritik.
Salah satu bentuk kritikan yang dilakukan karikaturis adalah gambar karikatur yang terdapat di atas. Dari gambar karikatur tersebut sekarang kita mencoba menuliskan kalimat pertamanya:
(1) Masalah-masalah penyimpangan sosial sering dijadikan objek oleh karikaturis untuk menyampaikan kritik sosialnya. |
Dalam bentuk apa kritik sosialnya?
(2) Kritik sosial yang disampaikan karikaturis disalurkan melalui gambar-gambar karikatur yang dimuat di berbagai media massa, baik media cetak maupun online. |
Bisa dibuktikan?
(3) Gambar karikatur di atas, misalnya, merupakan salah satu cara menyampaikan kritik sosial sang karikaturis. |
Terus apa lagi?
(4) Gambar karikatur tersebut tampaknya dibuat dalam rangka merayakan Hari Anak Nasional. |
Di mana ditemukan ada frasa `Hari Anak Nasional`?
(5) Hal itu jelas terlihat di layar TV yang terdapat di gambar karikatur itu. |
Masih adakah yang menarik selain yang tampak di layar TV?
(6) Anak yang sedang makan sambil nonton TV terlihat menangis dan berteriak-teriak. |
(7) Sementara itu, kedua orang tuanya dengan gawainya asyik bersilancar di dunia maya. |
Apa salahnya kalau mereka bersilancar di dunia maya?
(8) Bersilancar di dunia maya tidak ada salahnya asalkan anak juga mendapat perhatian. |
(9) Jangan karena asyik bersilancar di dunia maya sampai-sampai kurang perhatian pada anak? |
Kalau sudah dirasakan cukup, kita tulis kembali semua kalimat bernomor itu sehingga menjadi sebuah paragraf.
(1) Masalah-masalah penyimpangan sosial sering dijadikan objek oleh karikaturis untuk menyampaikan kritik sosialnya. (2) Kritik sosial yang disampaikan karikaturis disalurkan melalui gambar-gambar karikatur yang dimuat di berbagai media massa, baik media cetak maupun online. (3) Gambar karikatur di atas, misalnya, merupakan salah satu cara menyampaikan kritik sosial sang karikaturis. (4) Gambar karikatur tersebut tampaknya dibuat dalam rangka merayakan Hari Anak Nasional. (5) Hal itu jelas terlihat di layar TV yang terdapat di gambar karikatur itu. (6) Anak yang sedang makan sambil nonton TV terlihat menangis dan berteriak-teriak. (7) Sementara itu, kedua orang tuanya dengan gawainya asyik bersilancar di dunia maya. (8) Bersilancar di dunia maya tidak ada salahnya asalkan anak juga mendapat perhatian. (9) Jangan karena asyik bersilancar di dunia maya sampai-sampai kurang perhatian pada anak? |
***
Berbicara otonomi daerah tentu saja tidak bisa dilepaskan dengan pemekaran daerah. Sejak diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sampai dengan saat ini (dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun sudah tiga kali perubahan UU Pemerintahan Daerah) ada sebanyak 215 daerah otonom baru yang terdiri atas 173 kabupaten dan 42 kota. Sedangkan provinsi juga bertambah yang semula di masa Orde Baru ada 27 di masa Reformasi ada 37 provinsi. Daerah-daerah yang dimekarkan ada yang berhasil, ada juga yang dinilai kurang berhasil. Di satu sisi, pemekaran daerah lebih menunjukkan adanya dinamika politik masyarakat di daerah yang memang dari hasil penelitian layak untuk dimekarkan. Di sisi lain, juga tidak luput adanya kepentingan politis para pengambil kebijakan, baik di pusat maupun di daerah yang cenderung untuk memenuhi syahwat politiknya.
Berangkat dari uraian di atas, kita akan coba menulis di seputar pemekaran daerah yang tidak luput dari adanya kepentingan politik. Kita mulai saja menuangkan gagasan kita.
(1) Kalau kita melihat karikatur tersebut, kita akan bisa mengambil kesimpulan bahwa pemekaran daerah itu lebih merupakan kemauan penguasa dan pengusaha. |
(2) Tidak salah juga kalau dikatakan pemekaran daerah itu wujud dari implementasi pemuasan syahwat politik. |
Pemekaran daerah merupakan kemauan penguasa dan pengusaha? Selain itu, juga wujud dari implementasi pemuasan syahwat politik. Kenapa?
(3) Mereka (penguasa dan pengusaha) dengan adanya desentralisasi mengambil kesempatan (perilaku aji mumpung) untuk berebut keuntungan yang namanya kue otonomi daerah. |
Kalau begitu, siapa yang paling berperan dalam pemekaran daerah itu?
(4) Di mana-mana yang namanya pemekaran daerah yang paling getol melempar isyu ya…siapa lagi kalau bukan anggota dewan yang didukung pengusaha di belakang layar (sengaja di-hidden-kan). |
Dengan adanya pemekaran daerah yang jelas-jelas menunjukkan adanya konspirasi penguasa dan pengusaha, apakah akan berdampak ke depannya?
(5) Karena itu, kalau pemekaran daerah menyisakan sekian banyak dampak negatif, hal itu lebih disebabkan oleh nafsu serakah mereka yang demikian bernafsu untuk melampiaskan syahwat politiknya. |
Jika sudah dirasakan cukup, langkah terakhir kita salin kembali kalimat-kalimat bernomor di atas menjadi satu paragraf utuh.
(1) Kalau kita melihat karikatur tersebut, kita akan bisa mengambil kesimpulan bahwa pemekaran daerah itu lebih merupakan kemauan penguasa dan pengusaha. (2) Tidak salah juga kalau dikatakan pemekaran daerah itu wujud dari implementasi pemuasan syahwat politik. (3) Mereka (penguasa dan pengusaha) dengan adanya desentralisasi mengambil kesempatan (perilaku aji mumpung) untuk berebut keuntungan yang namanya kue otonomi daerah. (4) Di mana-mana yang namanya pemekaran daerah yang paling getol melempar isyu ya…siapa lagi kalau bukan anggota dewan yang didukung pengusaha di belakang layar (sengaja di-hidden-kan). (5) Karena itu, kalau pemekaran daerah menyisakan sekian banyak dampak negatif, hal itu lebih disebabkan oleh nafsu serakah mereka yang demikian bernafsu untuk melampiaskan syahwat politiknya. |
***
Karikatur di atas di atas dibuat oleh sang maestro di bidang karikatur. Siapa lagi kalau bukan GM Sudarta? GM Sudarta dikenal sebagai karikaturis profesional yang sudah melalang buana di bidang pembuatan karikatur. GM Sudarta berulang kali mendapat penghargaan di bidang karikatur. Dimulai dari Hadiah II Lomba Kartun PWI (1967) sampai dengan Penghargaan Budaya Adi Karsa dari Dewan Kesenian Klaten (2005). Selama kurun waktu 38 tahun (1967—2005) GM Sudarta mendapat 13 penghargaan di bidang karikatur (https://id.wikipedia.org/wiki/Gerardus_Mayela_Sudarta). GM Sudarta dalam pembuatan karikaturnya selalu menggunakan nama unik di sudut kanan atas `Omm Pasikom`. Meskipun gambar karikaturnya berisi kritik, GM Sudarta tetap membuat penikmatnya tersenyum.
Salah satu karyanya yang akan kita jadikan objek dalam penulisan paragraf kali ini adalah yang berkaitan dengan `rasa malu sebagai bangsa miskin`. Kita mulai saja menulis.
(1) Oom Pasikom mengajukan pertanyaan yang menyentil tentang kenapa harus malu mengakui sebagai bangsa miskin. |
Satu hal yang tampaknya gengsi juga kalau sebuah bangsa besar yang kaya dengan SDA dan SDM mengakui kekurangannya. Termasuk mengakui kalau bangsanya tergolong miskin.
(2) Padahal, negara ini ketika dalam kondisi tertentu ketika ada pandemi Covid-19, misalnya, memberikan secara cuma-cuma Bantuan Langsung Tunai (BLT). |
Masih ada lagi selain itu yang diberikan?
(3) Selain BLT, masih di masa pandemi Covid-19 rakyat diberikan beras miskin (raskin). |
(4) Cuma itu, mentang-mentang buat orang miskin, beras yang diberikan juga rasanya tidak karuan alias jelek kualitasnya. |
Bagaimana cara memperoleh raskin yang tidak karuan rasanya itu?
(5) Untuk memperoleh raskin yang tidak karuan juga orang-orang miskin itu harus punya kartu miskin. |
Dengan kartu miskin tentu juga ada manfaatnya buat mereka dong?
(6) Orang-orang miskin yang mendapat kartu miskin selain mendapat BLT dan Raskin juga bisa memanfaatkan kartunya untuk mendapat bantuan kalau sewaktu-waktu mereka mengurus biaya pendidikan atau kesehatan. |
Dengan demikian, apakah mereka benar-benar diperhatikan nasibnya oleh negara?
(7) Tapi, namanya juga orang-orang miskin, orang-orang yang teralienasi tetap saja ketika mengurus keringanan biaya pendidikan atau kesehatan terkendala oleh aturan-aturan birokratis yang pada akhirnya mereka menyerah alias tidak mau lagi berurusan dengan pejabat-pejabat terkait di negeri ini. |
(8) Begitulah nasib anak bangsa yang teralienasi, yang tidak pernah memperoleh kesejahteraan hidup yang sesungguhnya walaupun bunyi sila kelima Pancasila itu: `Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia`. |
Kalau begitu, ditulis saja sebagai penutup paragrafnya.
(9) Meskipun teralienasi, masih ada kesempatan buat mereka menjadi TKI. |
(10) Karena dengan menjadi TKI, mereka akan mendapat gelar `Pahlawan Devisa`. |
Terakhir, kita tuliskan kembali kalimat-kalimat bernomor di atas sehingga menjadi sebuah paragraf.
(1) Oom Pasikom mengajukan pertanyaan yang menyentil tentang kenapa harus malu mengakui sebagai bangsa miskin. (2) Padahal, negara ini ketika dalam kondisi tertentu ketika ada pandemi Covid-19, misalnya, memberikan secara cuma-cuma Bantuan Langsung Tunai (BLT). (3) Selain BLT, masih di masa pandemi Covid-19 rakyat diberikan beras miskin (raskin). (4) Cuma itu, mentang-mentang buat orang miskin, beras yang diberikan juga rasanya tidak karuan alias jelek kualitasnya. (5) Untuk memperoleh raskin yang tidak karuan juga orang-orang miskin itu harus punya kartu miskin. (6) Orang-orang miskin yang mendapat kartu miskin selain mendapat BLT dan Raskin juga bisa memanfaatkan kartunya untuk mendapat bantuan kalau sewaktu-waktu mereka mengurus biaya pendidikan atau kesehatan. (7) Tapi, namanya juga orang-orang miskin, orang-orang yang teralienasi tetap saja ketika mengurus keringanan biaya pendidikan atau kesehatan terkendala oleh aturan-aturan birokratis yang pada akhirnya mereka menyerah alias tidak mau lagi berurusan dengan pejabat-pejabat terkait di negeri ini. (8) Begitulah nasib anak bangsa yang teralienasi, yang tidak pernah memperoleh kesejahteraan hidup yang sesungguhnya walaupun bunyi sila kelima Pancasila itu: `Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia`. (9) Meskipun teralienasi, masih ada kesempatan buat mereka menjadi TKI. (10) Karena dengan menjadi TKI, mereka akan mendapat gelar `Pahlawan Devisa`. |
***
Gambar karikatur terakhir berkaitan dengan korupsi. Pada gambar tersebut terlihat masih adanya keringanan hukuman buat para narapidana tipikor. Di situ tertulis `sudah hukumannya rendah, sering dapat remisi pula`. Hal itu menunjukkan kekurangseriusan pemerintah membasmi korupsi. Kita layak bertanya sampai sejauhmana keseriusan pemerintah membersihkan negara ini dari korupsi? Kita lihat sendiri negara ini tidak mustahil cepat atau lambat akan mengalami kebangkrutan akibat korupsi yang sudah menggurita. Kalau di masa Orde Baru korupsi tersentralisasi, di masa Reformasi seperti sekarang ini korupsi sudah terdesentralisasi. Untuk itu, tidak ada keringanan yang namanya keringanan hukuman dan remisi buat mereka-mereka sang koruptor yang telah merampok habis-habisan negara ini.
Berdasarkan uraian di atas, kita sudah bisa menuangkan gagasan kita ke dalam tulisan. Agar benar-benar ada kesinambungan dengan gambar karikatur di atas kita bisa mulai menuliskan tentang beruntungnya nasib para koruptor di negeri ini.
(1) Para koruptor di negeri ini benar-benar beruntung. |
Kenapa beruntung?
(2) Sudah banyak di antara mereka yang selain mendapat hukuman ringan juga remisi. |
Kalau memang ada datanya yang bisa dibuktikan, sampaikan saja di sini mereka-mereka yang terbukti mendapat keringanan hukuman dan remisi.
(3) Djoko Tjandra adalah salah satu koruptor yang mendapat hukuman ringan dan juga remisi. |
(4) Padahal, di tahun 2009 Djoko Tjandra divonis dua tahun. |
(5) Belum habis masa tahanannya Djoko Tjandra kabur selama sebelas tahun. |
(6) Anehnya, sudah jelas-jelas kabur selama sebelas tahun, bisa-bisanya Djoko Tjandra mendapat remisi. |
Apakah hanya Djoko Tjandra yang mendapat remisi?
(7) Djoko Tjandra termasuk salah seorang dari 214 koruptor yang mendapat remisi (https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/22/ 200500565/214-koruptor-dapat-pengurangan-hukuman-ini-jenis-jenis-remisi-yang?page=all ) |
Kesimpulannya bagaimana?
(8) Dengan adanya keringanan hukuman dan pemberian remisi pada para koruptor, dapatkah korupsi di negara ini benar-benar bisa diberantas? |
Tampaknya, sudah bisa kita menulis satu paragraf dengan cara menuliskan kembali kalimat-kalimat di atas yang bernomor itu.
(1) Para koruptor di negeri ini benar-benar beruntung. (2) Sudah banyak di antara mereka yang selain mendapat hukuman ringan juga remisi. (3) Djoko Tjandra adalah salah satu koruptor yang mendapat hukuman ringan dan juga remisi. (4) Padahal, di tahun 2009 Djoko Tjandra divonis dua tahun. (5) Belum habis masa tahanannya Djoko Tjandra kabur selama sebelas tahun. (6) Anehnya, sudah jelas-jelas kabur selama sebelas tahun, bisa-bisanya Djoko Tjandra mendapat remisi. (7) Djoko Tjandra termasuk salah seorang dari 214 koruptor yang mendapat remisi (https://www.kompas.com/tren/read/2021/08 /22/200500565/214-koruptor-dapat-pengurangan-hukuman-ini-jenis-jenis-remisi-yang?page=al ). (8) Dengan adanya keringanan hukuman dan pemberian remisi pada para koruptor, dapatkah korupsi di negara ini benar-benar bisa diberantas? |
***
Kita telah menuntaskan penulisan paragraf yang menggunakan gambar karikatur sebagai pemancingnya. Kita bisa membuktikan, kalau ada kemauan untuk menulis semuanya bisa kita lakukan. Yang semula kita susah memulai sebuah tulisan, begitu dipancing dengan gambar karikatur ternyata kita bisa menuangkan gagasan kita. Tentu saja menulis paragraf yang dimulai dengan pancingan gambar ilustrasi dibutuhkan kecermatan mengamati gambar. Selain itu, kita juga harus membaca tulisan yang tercantum di gambar itu. Yang lebih penting lagi, di balik gambar karikatur itu apa yang dikritisi oleh sang karikaturis? Kalau semuanya bisa kita lakukan, tidak mustahil kita bisa menuliskannya dalam satu paragraf utuh.
Sumber Gambar Karikatur:
- (https://www.satuharapan.com/read-detail/read/hari-anak-nasional)
- (https://www.berdikarionline.com/otonomi-daerah-dan-neoliberalisme/ karikatur-otonomi-daerah1/ )
- (https://o2zone.wordpress.com/2006/08/27/pahlawan-devisa/)
- (https://www.kompasiana.com/www.acehdigest.com/5fdc15d48ede48512654f992/dunia-nirkorupsi-apa-bisa )