Subagio S. Waluyo
Penulis berpendapat tulisan-tulisan yang terdapat dalam kolom “Catatan dari Menara Gading” sudah saatnya berakhir. Kolom “Catatan dari Menara Gading” sebagai bahan pembekalan bagi para ilmuwan atau insan akademis sudah dirasakan cukup. Dari tulisan-tulisan yang terdapat di kolom “Catatan dari Menara Gading” bisa dijadikan pegangan bagi para insan akademis ketika berhadapan dengan fenomena sosial yang berseliweran di hadapannya. Selagi masih bisa mengambil manfaat dari ilmu yang digelutinya, para insan akademis tidak akan terpengaruh menghadapi gemerlapnya kehidupan dunia. Gemerlapnya kehidupan dunia kalau sampai membuat insan akademis melakukan cara-cara ilegal bisa dipastikan sang insan akademis itu bisa dikatakan gagal memahami konsepsi ilmu. Dengan demikian, sang insan akademis juga tidak akan bisa memahami berseliwerannya fenomena sosial yang bermunculan di hadapannya karena mata hatinya telah tertutup oleh kegemeralapan kehidupan dunia.
***
Penulis belum bisa memastikan apakah ada hubungannya ilmuwan yang terpengaruh oleh kegemerlapan kehidupan dunia dengan tertutupnya mata hati untuk memahami fenomena sosial? Memang, belum ada penelitian yang khusus mengkaji masalah tersebut. Sah-sah saja kalau ada ilmuwan yang menganggap penelitian yang khusus membahas masalah tersebut tidak dianggap penting. Tetapi, penulis berpendapat sebaliknya. Bagi penulis, tidak ada salahnya kalau ada ilmuwan yang mencoba meneliti masalah tersebut. Sang Ilmuwan yang berusaha menggali masalah tersebut cukup melakukan pengamatan dan studi kepustakaan. Caranya cukup dengan membuat tulisan yang di dalamnya memuat berbagai kasus munculnya penyimpangan sosial di kalangan ilmuwan. Kemudian sang penulis melakukan penelusuran sehingga menemukan memang ada hubungan di antara keduanya, yaitu kegemerlapan kehidupan dunia dengan tertutupnya mata hati untuk memahami fenomena sosial. Tidak perlu dilakukan metode ilmiah yang terkadang harus mengikuti langkah-langkah normatif dalam melakukan penelitian. Maksudnya, si peneliti harus menempuh cara-cara ilmiah yang biasa dilakukan orang ketika ingin melakukan penelitian. Tentang penelitiannya dalam bentuk tulisan seperti tulisan ilmiah populer dianggap ilmiah atau tidak, dia tidak peduli. Dirinya beranggapan fenomena sosial hanya bisa ditemukan, diteliti, dan dicari solusinya oleh ilmuwan yang masih memiliki hati nurani yang bersih. Ilmuwan yang tidak memiliki hati nurani yang bersih mustahil bisa menemukan, meneliti, dan menyelesaikan masalah fenomena sosial yang berseliweran di hadapannya.
Sebenarnya bukan ilmuwan tidak bisa melihat fenomena sosial, karena mereka sudah terbiasa menutup mata hatinya, sesuatu yang seharusnya mutlak menjadi tantangan di hadapannya cenderung dibiarkan. Mereka ada kecenderungan melakukan pembiaran terhadap segala macam bentuk yang sebenarnya merupakan sesuatu yang perlu ditangani. Seorang ilmuwan kalau sudah terbiasa bersikap seperti itu bisa dipastikan cepat atau lambat akan menciptakan jarak antara dirinya dan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah pasti tidak akan bisa melakukan kerja-kerja pengabdian masyarakat. Kalau ada program-program pengabdian masyarakat, mereka beranggapan bahwa program yang mereka kerjakan dipastikan akan memenuhi pundi-pundi kekayaannya. Kalau sudah seperti itu, mana mungkin mereka termotivasi untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang ada di negara ini seperti yang tampak pada film dokumenter ini: (https://www.youtube.com/watch?v= QrvUlpviip4). Dengan sendirinya mereka telah menciptakan `Menara Gading`. Agar tidak tercipta `Menara Gading`, mereka harus diingatkan. Penulis hanya bisa mengingatkan para ilmuwan lewat tulisan-tulisan yang ada dalam kolom `Menggoyang Menara Gading`.
Lewat tulisan-tulisan yang terdapat dalam kolom `Menggoyang Menara Gading` Penulis mau menyampaikan pendapatnya lewat tulisan-tulisan yang diharapkan bisa menggugah perasaan para ilmuwan. Kolom `Menggoyang Menara Gading` sebagai kolom lanjutan “Catatan dari Menara Gaing memuat fenomena sosial. Penulis akan membeberkan masalah-masalah di sekitar fenomena sosial yang berseliweran di negara ini. Fenomena sosial yang banyak berseliweran di hadapan ilmuwan itu harus ditangani. Semua pihak harus terlibat menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial. Ilmuwan atau insan akademis tidak bisa berpangku tangan. Mereka harus berbuat. Ketika berniat menyelesaikan berbagai masalah sosial di masyarakat (bahkan kalau bisa di negara ini sekalipun), mereka tidak perlu dilengkapi dengan persyaratan administrasi layaknya seorang pejabat yang akan ditugaskan ke daerah atau instansi tertentu. Sudah cukup, misalnya, kalau mereka aktif di masyarakat sebagai entah Ketua RT atau RW. Bukankah untuk menjadi Ketua RT atau RW tidak diperlukan Surat Tugas dari kampus tempat mereka mengabdi? Kalau mereka mau terlibat di LSM bagaimana? Buat saja surat pengajuan ke LSM yang dituju. Kalau memang nantinya dibutuhkan surat penugasan, mereka bisa minta ke pimpinan PT tempat mereka mengabdi sebagai tenaga pendidik.
LSM yang kedatangan para insan akademis bisa dipastikan akan mau menerima mereka dengan tangan terbuka. Kedatangan insan akademis yang mau berkiprah di LSM bagi para aktivis LSM diharapkan banyak membantu kerja-kerja LSM. Para aktivis LSM akan menjadikan insan akademis sumber pengetahuan yang harus digali kemampuannya dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Masalah-masalah sosial yang selama ini di PT hanya dibahas di ruang-ruang kuliah, sejak sang insan akademis terjun di LSM benar-benar harus dipraktekkan di LSM tempat mereka membuktikan kemampuannya dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Dengan demikian, kehadiran insan akademis akan banyak memberi manfaat bukan saja buat LSM, tapi juga masyarakat, bahkan, negara sekalipun.
***
Masalah fenomena sosial hanya bisa diketahui dan dipecahkan oleh ilmuwan yang bisa mengambil manfaat dari ilmu yang digelutinya. Ilmuwan yang terpengaruh oleh kegemerlapan kehidupan dunia bisa dipastikan tidak bisa mengambil manfaat dari ilmu yang digelutinya. Ilmuwan seperti ini akan cenderung bersikap melakukan pembiaran terhadap berbagai masalah sosial yang berseliweran di hadapannya. Agar tidak terpengaruh oleh kegemerlapan kehidupan dunia, mereka harus disadarkan oleh berbagai masukan yang bermanfaat dalam menapaki kehidupannya sebagai insan akademis. Salah satu caranya adalah mereka harus pergi dari kenyamanannya selama ini di `Menara Gading`. Mereka harus berbuat dengan cara `Menggoyang Menara Gading`. Dengan `Menggoyang Menara Gading`, mereka akan bisa melakukan aktivitas pengabdian masyarakat, baik sebagai pengurus RT/RW, pengurus masjid, majelis taklim, atau tempat ibadah lainnya, maupun sebagai aktivis di LSM. Di kolom `Menggoyang Menara Gading` Penulis akan menyampaikan gagasannya yang berkaitan dengan keterlibatan ilmuwan atau insan akademis dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial, baik di masyarakat maupun di negara ini sekalipun. Wallahu a`lam bissawab.
Sumber Gambar:
(https://co-evolve.id/optimalisasi-peluang-kolaborasi-lembaga-swadaya-masyarakat-dan-sektor-usaha/)