Subagio S. Waluyo

Kesempurnaan bukanlah berlian yang pasti mencapai kualitas puncak pada hitungan karat. Kesempurnaan tidak terjadi begitu saja. Kesempurnaan haruslah diupayakan.

(Dikutip dari Novel Pintu Terlarang/Sekar Ayu Asmara)

2. Birokrasi yang Buruk dan Korupsi

Para sastrawan di negara ini secara masif juga sering menyoroti kedua hal yang  membuat negara ini terpuruk: birokrasi yang buruk dan korupsi. Keduanya dapat kita temukan di banyak karya sastra Indonesia. Taufik Ismail, misalnya, seorang sastrawan Angkatan `66 yang menulis puisi-puisinya yang terhimpun dalam Malu Aku Jadi Orang Indonesia menyoroti ketimpangan negara ini yang lebih disebabkan oleh kedua hal yang disebutkan di atas. Puisi berikut ini yang diambil dari kumpulan puisi di atas membuktikan kepekaan Taufik Ismail terhadap penyakit sosial yang menghinggapi perilaku para birokrat dan pengambil kebijakan di masa orde baru. Coba kita simak beberapa bait puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi tersebut.

………………………………………………………………….

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor

satu,

Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang

curang susah dicari tandingan, 

Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu

dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara

hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,

Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan,

senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan

peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk

kantung jas safari,

Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,

anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,

menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar

orangtua mereka bersenang hati,

………………………………………………………………………………..

Di bait-bait puisi di atas Taufik menyebutkan bahwa di negara ini terjadi kerusakan birokrasi karena terjadi perselingkuhan birokrasi. Artinya,  meskipun telah ada regulasi yang mengatur masalah apapun yang berkaitan dengan birokrasi, para birokrat seenaknya mengatur birokrasi. Dalam hal ini ketika berhadapan dengan rakyat kecil yang meminta layanannya, mereka melayaninya dengan setengah hati. Bahkan, ada kecenderungan dipermainkan sehingga setiap pelayanan yang seharusnya bisa diselesaikan dalam beberapa menit saja harus menunggu berhari-hari. Tetapi, kalau berhadapan dengan pebisnis (pengusaha), mereka sangat serius melayaninya karena di balik itu semua ada sesuatu yang menguntungkan (apalagi kalau bukan fulus). Selain itu, pengusaha bisa melakukan tekanan sehingga sang pengusaha karena telah berkolaborasi dengan penguasa tertinggi di sebuah daerah (kalau perlu di negara ini) bisa saja mengancam pejabat setempat dengan ancaman pemecatan atau minimal pemutasian jika dalam pengurusan layanannya dipersulit. 

Di negeri ini kata Taufik, karena saking kuatnya nepotisme, yang namanya anggota keluarga entah itu anak lelaki, anak perempuan, sepupu, dan cucu mendapat perlindungan sepenuhnya dari sang ayah, paman, atau kakek yang memiliki kekuasaan. Bukankah kehancuran negeri ini dimulai dari adanya penyakit nepotisme? Karena birokrasi ala nepotisme pula yang membikin hancur negara ini, ketika semua kebutuhan hidup yang memang difasilitasi negara ada berbagai penggelembungan biaya. Artinya, ada unsur kesengajaan manipulasi biaya yang merugikan negara. Di sisi lain, negara pun sebenarnya dirugikan oleh penyakit nepotisme ketika dari anak-anak presiden sampai dengan anak-anak dirjen diberi keistimewaan atau mereka diutamakan mendapatkan layanan birokrasi di kedutaan besar negara-negara yang dituju yang boleh jadi bagi masyarakat biasa sangat sulit memperoleh layanan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa rusaknya negara ini lebih disebabkan adanya layanan birokrasi yang buruk dan korupsi.

………………………………………………………………………………………………………………..

”Penguasa yang punya proyek dan para pemimpin politik lokal menghendaki jembatan itu selesai sebelum Pemilu1992. Karena, saya kira, peresmiannya akan dimanfaatkan sebagai ajang kampanye partai golongan penguasa. Menyebalkan. Dan inilah akibatnya bila perhitungan teknis-ilmiah dikalahkan oleh perhitungan politik.”

”He-he-he.”

”Pak Tarya tertawa?”

”Ya, karena saya maklum. Meski sudah tua dan jelek, saya ini pensiunan pegawai negeri. Jadi saya tahu, ya, begitulah budaya kekuasaan di negeri kita. Bahkan saya juga bisa menebak, tidak semua teman sampeyan kini sedih. Karena, kerugian akibat banjir itu bisa dijadikan alasan untuk meminta biaya tambahan. Dan hal ini berarti kesempatan baru untuk menggelembungkan anggaran proyek. Ah, kami rakyat kecil tahu kok, apa arti penggelembungan biaya bagi orang-orang proyek. Eh, maaf. Mulut saya ini latah. He-he-he.”

 

Kabul tersenyum dan mengangguk-angguk. Tapi wajahnya menampakkan rasa masygul. Hatinya serasa tertusuk. Tawa Pak Tarya terasa sebagai sindiran yang justru lebih menghunjam. Ya, bukankah Kabul sendiri orang proyek? Tadi dengan caranya sendiri Pak Tarya ingin mengatakan orang-orang proyek adalah manusia-manusia yang suka main curang. Korup dengan berbagai cara dan gaya. Tapi, apakah Pak Tarya salah? Jujur, Kabul merasa sindiran halus Pak Tarya lebih banyak benarnya. ”Atau benar semua bila aku, Kabul, ikut-ikutan suka makan uang proyek. Tapi bag­aimana meyakinkan Pak Tarya bahwa aku tidak ingin seperti mereka?”

………………………………………………………………………………………………………………

Novel Orang-Orang Proyek/Ahmad Tohari

Ahmad Tohari dalam novelnya Orang-Orang Proyek juga mengungkap perilaku korup pejabat-pejabat di masa orde baru. Salah satu di antaranya adalah melakukan penggelembungan pembiayaan pembangunan. Dalam pembangunan jembatan yang melintas di atas Sungai Cibawor, juga ada penggelembungan biaya pembangunan. Pembangunan jembatan Sungai Cibawor diminta dipercepat oleh pemerintah lokal karena mau dijadikan ajang kampanye partai penguasa di Pemilu 1992. Pembangunan jembatan tersebut diharapkan bisa selesai sehingga bisa diresmikan sebelum pemilu. Karena terkesan dikejar waktu dalam pengerjaannya, mau tidak mau ada beberapa hal yang kurang diperhatikan. Salah satu di antaranya adalah pembangunan tiang pancang yang tidak sesuai dengan perhitungan teknis ilmiah. Perhitungan teknis ilmiah dikalahkan oleh perhitungan politik. Apa yang terjadi? Ternyata, belum lama diresmikan jembatan tersebut sudah mangkrak. Jembatan tersebut lantainya jebol pada dua titik. Aspal yang ada di jembatan itu di sepanjang jembatan retak-retak. Kerusakan memang hanya ada bagian lantai jembatan, tapi bagi Kabul sebagai penanggung jawab pembangunan jembatan Sungai Cibawor ada perasaan malu. Dia merasa kecewa dan juga  marah sehingga pening kepalanya melihat yang ada di hadapan matanya. Meskipun demikian, dia merasa terhibur ketika lamat-lamat mendengar suara seruling yang dimainkan Pak Tarya, seorang pensiunan pegawai Kantor Penerangan.

Kabul memang sedikit terhibur mendengar seruling yang dimainkan Pak Tarya, tapi dia tetap membatin mengingat demikian rusaknya perilaku pejabat di negara ini. Ketika pejabat lokalnya terlibat dalam aktivitas politik dan berkolaborasi dengan pengusaha, mereka melakukan praktek-praktek birokrasi yang menguras anggaran pembangunan negeri ini. Pantas saja kalau negara ini bisa dikatakan bangkrut karena semuanya menurut Kabul bisa diproyekkan. Bukan hanya pembangunan jembatan Sungai Cibawor yang baru saja selesai diresmikan ambrol, dana pendidikan, pengadaan kotak pemilu, program transmigrasi, program bencana alam, sampai Sidang Umum MPR, dan penyusunan undang-undang di negara ini pun tidak luput bisa diproyekkan. Bagi mereka kalangan birokrat baik daerah maupun pusat yang sudah berkolaborasi dengan pengusaha selalu saja ada proyek yang bisa dijadikan bancakan.  Sampai kapankah semua kegilaan itu akan berakhir? Kabul sendiri pun tidak bisa menjawabnya.

…………………………………………………………………………………………………………….

Jembatan Cibawor sudah kelihatan. Tampak mangkrak dan kesepian. Kegagahan yang dulu sempat tampak kini hilang. Dan begitu turun dari mobil di mulut jembatan, Kabul segera tahu bagian mana yang rusak. Lantai jebol pada dua titik dan aspal sudah retak hampir sepanjang lantai jembatan. Kabul meminta Wati tetap di mobil, karena dia mau turun untuk mengintip bagian struktur jembatan dari sayap fondasi. Tampaknya tak ada masalah. Kerusak­an hanya terdapat pada bagian lantai jembatan. Meski demikian rasa kecewa, malu, dan marah tak bisa dihindarkan. Pahit. Dan Kabul merasa kepalanya pening.

Naik kembali ke badan jembatan Kabul tiba-tiba menghentikan langkah. Diam untuk memasang telinga. Seruling! Ya, lamat-lamat Kabul mendengar bunyi itu. Pasti Pak Tarya sedang menunggui pancing sambil duduk meniup seru­lingnya. Di atasnya adalah kerimbunan pohon mbulu yang memberi rasa aman bagi berbagai burung. Sempat tebersit keinginan di hati Kabul untuk menemui Pak Tarya, tapi urung. Rasa rindu kepada Biyung mengalahkan keinginan sesaat itu. ”Pak Tarya, aku akan menemui nanti sepulang dari Biyung,” janji Kabul dalam hati.

”Sudah, Mas?” seru Wati dari mobil.

Kabul menjawab dengan langkah menuju mobilnya. Wajahnya masih berat. Duduk di belakang kemudi, tapi kunci kontak tak kunjung disentuhnya. Malah memejamkan mata. Lama. Dengan mata terpejam Kabul malah melihat ri­buan proyek bangunan sipil yang digarap dengan kesontoloyo-an. Orang-orang proyek sudah dikenal masyarakat seba­gai tukang suap, tukang kongkalikong, apa saja bisa dilakukan asal dapat untung. Dan korban kegilaan mereka adalah masyarakat umum, karena mutu bangunan yang mereka kerjakan tak mencapai mutu baku.

……………………………………………………………………………………………………….

”Mereka, orang-orang proyek, baik dari pihak pemilik mau­pun pemborong, sama saja. Mereka tahu dan sadar akan kegilaan mereka. Dan tampaknya mereka tak peduli. Bagi mereka proyek apa saja dan di mana saja adalah ajang bancakan. Dan karena kebiasaan itu, kata ’proyek’ pun kini memiliki tekanan arti yang khas. Yakni semacam kegiat­an resmi, tapi bisa direkayasa agar tercipta ruang untuk jalan pintas menjadi kaya. Maka apa saja bisa diproyek­kan.”

”Apa saja?”

”Ya, apa saja bisa diproyekkan. Tidak hanya pembangunan jembatan atau infrastruktur lain, tapi juga pengadaan kotak pemilu, pembagian sembako untuk orang miskin, peng­adaan bacaan untuk anak sekolah, program transmigra­si, program penanggulangan bencana alam. Bahkan Sidang Umum MPR dan penyusunan undang-undang bisa mereka jadikan proyek yang mendatangkan duit. Orangorang proyek rakus dan licin, dan mereka ada di mana-mana.”

”Kegilaan besar-besaran ini akan berlangsung sampai ka­pan, Mas?”

Kabul tidak segera menjawab. Wajahnya beku. Pandangannya seakan buntu. Lalu tangannya bergerak untuk memu­tar kunci kontak.

……………………………………………………………………………………………………..

Novel Orang-Orang Proyek/Ahmad Tohari.

3. Perilaku Konsumtif

Kenapa pejabat baik lokal maupun pusat di negara ini melakukan korupsi? Salah satu jawabannya adalah karena semakin  membudayanya perilaku konsumtif. Mereka tersihir oleh keserbagemerlapan yang terpampang ketika berjalan-jalan di pusat perbelanjaan atau mal. Boleh juga, karena sekarang semua serba digital mereka tergiur dengan berbagai tawaran yang diajukan oleh berbagai toko online. Barang-barang yang ditawarkan benar-benar menggiurkan. Selain, harganya memang relatif terkadang lebih murah daripada di toko atau mal, mereka yang  malas ke luar rumah lebih memilih belanja lewat online. Tinggal ketik kode nomor barang yang ditawarkan dan transfer uang (tidak perlu ke ATM atau minimarket) lewat e-banking, terjadi transaksi. Tinggal tunggu bisa satu atau dua hari. Bahkan, tinggal tunggu beberapa saat, barang sampai ke rumah. Hidup di zaman sekarang ini kita begitu dimanjakan dengan berbagai kemudahan bukan?

Berbagai kemudahan itulah yang membuat orang tanpa sadar menjadi konsumtif. Kalau ada orang kerapkali melakukan hal itu, orang itu telah menjadi orang yang berperilaku konsumtif. Lambat-laun orang seperti itu telah terjerat ke dalam pusaran budaya konsumtif. Kalau telah terjerat ke dalam pusaran budaya konsumtif, wajar-wajar saja hidupnya cenderung boros. Ketika tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumtifnya, orang yang sempit pikiran dan imannya akan melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya. Apa yang dilakukannya? Apalagi kalau bukan melakukan cara-cara tak terpuji di antaranya korupsi. Jadi, budaya konsumtif punya hubungan yang kuat dengan perilaku korup. Semakin kuat budaya konsumtif di sebuah negara, semakin kuat juga korupsinya.

Gambaran tentang budaya konsumtif bisa dilihat pada kutipan yang terdapat dalam novel Pintu Terlarang/Sekar Ayu Asmara. Pada kutipan yang diambil dari novel itu, Talyda (istri Gambir), tampak sekali kemewahan yang ditampilkan. Untuk wajahnya saja, Talyda tidak segan-segan menghamburkan uang membeli krim-krim mahal. Agar tampilannya tetap menarik ia harus ke La Bela Vita, salon dan spa kecantikan yang sudah menjadi langganannya. Untuk hal-hal yang kecil pun seperti kerut-kerut di sudut matanya sangat ia perhatikan karena dia tidak mau sampai ada di keriput di seputar matanya.  Gaun yang dikenakannya karya desainer terkenal Alexander Mc Queen penata busana asal Inggris.Saking terkenalnya Alexander Mc Queen sebagai  penata busana terbaik, dia diangkat sebagai penata busana di Givenchy dari 1996 sampai 2001.Produk-produknya dilabeli dengan namanya sendiri: Alexander Mc Queen.  Sebagai bukti kalau Alexander Mc Queen adalah desainer internasionan dibuktikan dengan pencapaiannya di dunia fashion ketika meraih empat kali British Designer of the Year awards (1996, 1997, 2001 and 2003), dan juga Council of Fashion Designers of America (CFDA) International Designer of the Year pada 2003 (https://id.wikipedia.org /wiki/Alexander_McQueen). Oleh karena itu, agar selalu tampil kekinian dalam berpakaian dia selalu mengikuti perkembangan desain pakaian lewat majalah Vogue yang salah satu produk mutakhirnya diperagakan foto model terkenal: Catherine Zeta-Jones.

Untuk urusan parfum Talyda punya pilihan: Prancis sebagai negara yang dinilai sangat baik dalam membuat parfum. Baginya parfum-parfum Prancis menghasilkan wewangian yang tepat: feminin dan natural. Talyda sebagai perempuan yang selalu mengikuti perkembangan mode dan zaman memiliki pendirian bahwa perempuan sempurna adalah perempuan yang wangi. Agar tetap wangi dia terbiasa di malam hari memakai eau de perfume. Selain itu, setiap hari dia tidak pernah luput memakai Eau de toilette. Tidak lupa, dia juga mengoleskan di tubuhnya Body lotion setiap kali selesai mandi. Sementara itu, setiap kali mandi dia menggunakan Shower gel.

Baju-baju yang dikenakan dalam penyimpanannya juga diatur sedemikian rupa. Supaya baju yang dikenakan tidak terlihat berkerut, jarak satu baju dengan baju yang lain diatur sekitar lima senti. Ketika pergi tidur, Talyda mengenakan baju tidur berlabel Victoria`a Secret. Tidak cukup sampai di situ, untuk tidur saja Talyda harus menggunakan comforter pelapis tempat tidur dan sprai putih halus 100% Egyption cotton. Bantal yang digunakan dari bulu angsa yang halus dan lembut. Orang sejenis Talyda juga senang nongkrong di café. Café yang sering dikunjungi adalah Chocomania. Café itu terletak di Century Center (Kawasan Senayan). Di Century Center sebagai kawasan paling mewah di Jakarta juga menjajakan pakaian dari desainer-desainer dunia terkenal. Tempat tersebut memang tidak luas, tetapi terkesan eklusif dan barang-barang yang dijual juga tergolong mahal. Talyda bersama Menik Sasongko (mertuanya) mampir ke café Chocomania. Café Chocomania merupakan surga bagi penggemar minuman cokelat. Café tersebut menyediakan hidangan cokelat impor terkenal dari Swiss dan Belgia. Talyda memesan White Chocolate Monsse. Sedangkan untuk ibu mertuanya dipesankan Chocolate Éclair.  Dengan demikian, kita bisa membayangkan orang semacam Talyda sudah jelas-jelas orang yang life style-nya tinggi. Orang jenis ini sangat-sangat konsumtif. Ia telah masuk ke dalam pusaran orang-orang yang berperilaku konsumtif.   

……………………Sepertinya tidak percuma juga ia hamburkan uang untuk krim-krim mahal. Tidak percuma juga ia habiskan waktu facial dan beauty treatment lain di La Bela Vita, salon dan spa kecantikan langganan.

Talyda menyipitkan mata. Kerut-kerut di sudut mata tidak tampak. Di usia ke-25, ia paling khawatir bila garis keriput muncul. Apalagi crows feet, garis jejak kaki burung gagak yang ditinggalkan usia pada sudut mata. Ia selalu memperhatikan keriput bila berkenalan orang baru. Tidak perempuan. Salah satu resolusi Tahun Barunya adalah mencegah keriput mata timbul.

Ia merapikan gaun hitam karya desainer Alexander Mc Queen yang membalut tubuh. Di edisi Vogue bulan lalu, ia melihat Catherine Zeta-Jones mengenakan gaun yang sama. Ia merasa gaun berpotongan rendah itu membuat penampilan dirinya anggun. Semakin sederhana gaun, semakin mewah kesannya.

Ia menyikat rambut hitam dan panjang, memikirkan keberuntungan-keberuntungan dalam hidupnya. Semua sempurna. Dan malam ini akan sama. Ya, keberuntungan akan berpihak pada dirinya.

………………………………………………………………………………………………….

Baginya dalam urusan parfum, tidak ada yang bisa mengalahkan buatan Prancis. Parfum buatan Italia terlalu keras dan mudah ditebak. Parfum buatan Amerika terlalu mengada-ada. Prancis, ya, hanya hidung Prancis mampu menghasilkan wewangian tepat. Feminin dan natural. Sempurna. Perempuan sempurna adalah perempuan wangi. Ia tak bisa sedetik pun tanpa subliminal. Dari eau de perfume yang biasa ia pakai malam hari. Eau de toilette sehari-hari. Body lotion setiap kali. Shower gel setiap mandi.

……………………………………………………………………………………………………….

Ia memasuki walk-in-closet, memperhatikan koleksi baju tergantung. Baju tergantung harus saling berjarak lima senti. Tidak saling bersentuhan, tidak saling meninggalkan kerut. Itu baru sempurna. Ia membuka laci tumpukan baju tidur. Ia mengambil baju tidur warna merah cabe. Ia tersenyum melihat label Victoria`a Secret menempel di bulatan kerah.  Baju tidur dikenakan bagai kulit kedua.

……………………………………………………………………………………………….

Ia menyibak comforter pelapis tempat tidur. Ia menyelusup ke baliknya. Ia merasakan kehalusan kain sprai putih 100% Egyption cotton. Ia menenggelamkan kepala di bantal bulu angsa. Halus dan lembut. Hati sedikit terobati. Malam ini dia tidur dalam pakaian malam yang paling dibenci Gambir.

……………………………………………………………………………………………………..

Ia duduk santai di Chocomania, café yang terletak di dalam Century Center, pusat belanja yang paling mewah di kawasan Senayan. Semua mereka desainer dunia membuka toko mereka di pusat belanja ini. Tempat ini memang tidak seluas mal dan plaza lain di Jakarta. Tapi lebih eksklusif. Lebih upscale, karena barang-barang yang dijajakan di sini lebih mahal.

Chocomania adalah café favorit Talyda. Café ini merupakan surga bagi penggemar cokelat. Semua hidangan yang disajikan terbuat dari cokelat kualitas terbaik yang diimpor dari Swiss dan Belgia. Sore ini ia memesan Chocolate Éclair untuk Menik Sasongko, dan White Chocolate Monsse untuk dirinya.

………………………………………………………………………………………………

Dikutip dari Novel Pintu Terlarang oleh Sekar Ayu Asmara.

Seorang birokrat kalau beristrikan Talyda untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya mau tidak mau harus korupsi. Mana mungkin seorang birokrat yang bergaji di bawah lima puluh juta rupiah perbulan bisa memenuhi life style Talyda yang demikian konsumtif? Kalau seorang pengusaha, bisa jadi dia menjadi pengusaha besar yang tidak mustahil untuk memperoleh keuntungan besar dia harus berkolaborasi dengan penguasa di negara ini. Tapi, Talyda layak bersyukur karena dia bersuamikan Gambir seorang pematung  kelas dunia yang karya-karyanya bernilai ratusan juta rupiah. Selain itu, Gambir saking sibuknya dengan pekerjaannya sebagai pematung tidak peduli dengan yang dilakukan istrinya. Gambir di novel tersebut digambarkan sebagai suami yang takut istri sehingga terkesan Gambir memang melakukan pembiaran.

(https://images.app.goo.gl/v1iSRKAZouNQ8Tcs6)

By subagio

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *