Subagio S. Waluyo
Ada cara lain yang bisa dilakukan ketika seseorang mengalami kesulitan mengawali sebuah tulisan. Selain menggunakan pengulangan kata kunci bisa juga dilakukan dengan menggunakan sebuah definisi. Khusus untuk tulisan yang dimulai dengan definisi kalau kesulitan mendefinisikan suatu kata atau frasa bisa dicari di kamus (dalam hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI) atau buku-buku keilmuan yang berkaitan dengan kata atau frasa yang dicari. Bisa juga dicari di buku-buku yang memuat istilah-istilah keilmuan. Kalau tidak mau berlelah-lelah cari saja lewat google atau di wikipedia yang terdapat di internet.
***
Berkaitan dengan uraian di atas, sekarang kita coba membuat tulisan yang mengangkat masalah kata `menguap`. Untuk mengetahui lebih jauh tentang kata tersebut digunakan KBBI. Di KBBI ternyata kita bukan hanya menemukan kata `menguap` yang didapatkan, tetapi juga asal-usul kata tersebut. Selain itu, juga banyak pilihan kata yang bisa kita gunakan sehingga kita bebas kata yang mana saja yang mau kita gunakan. Setelah diperoleh definisi yang mau digunakan, baru dari kata yang telah diketahui definisinya kita kembangkan menjadi tulisan utuh.
(1) Pada kutipan di atas ada sebuah kata yang menarik perhatian kita: `menguap`. (2) Kata `menguap` menurut Kamus Besar bahasa Indonesia kalau berasal dari kata `kuap` berarti `mengangakan mulut dengan mengeluarkan napas karena mengantuk`. (3) Meskipun demikian, kata `menguap` kalau berasal dari kata `uap` berarti 1` menjadi uap, mengeluarkan uap` misalnya dalam kalimat `Spiritus itu benda cair yang mudah menguap`. (4) Bisa juga 2 `hilang,lenyap` misalnya dalam kalimat `Jika tidak kamu kunci, sepedamu akan menguap.` (5) Tampaknya, kata `menguap` yang berarti `hilang, lenyap` yang digunakan dalam tulisan ini. (http://subagiowaluyo.blogspot.com/2020/09/all-you-need-is-love-71.html) |
Ternyata, dari kata `menguap` kita bisa membuat sebuah paragraf. Walaupun sebagian besar isi paragraf berisikan arti yang dikandung dari kata `kuap`, dari kata tersebut bisa dipastikan akan menjadi sebuah wacana. Untuk mewujudkan sebuah wacana yang utuh tinggal memfokuskan pada kalimat terakhir di paragraf tersebut:Tampaknya, kata `menguap` yang berarti `hilang`, `lenyap` yang digunakan dalam tulisan ini. Kalimat tersebut jelas menjadi stimulus untuk kita respon ke dalam pembuatan paragraf berikutnya. Bisa saja pada kalimat pertama di awal paragraf berbunyi seperti ini: Kata `masalah-masalah` atau `kasus-kasus` jika dirangkaikan dengan kata `menguap` menjadi `masalah-masalah` atau `kasus-kasus` (yang) menguap berarti `masalah-masalah` atau `kasus-kasus` (yang) `hilang, lenyap.` Setelah kita awali dengan kalimat tersebut, langkah berikutnya kita fokuskan pada `masalah-masalah atau kasus-kasus yang menguap`.Dari pernyataan tersebut baru kita menulis di seputar `masalah-masalah atau kasus-kasus yang menguap` tersebut.
***
Buku A. Mangun Hardjana Isme-Isme dari A sampai Z yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2001 (cetakan kelima), ternyata juga cukup banyak membantu. Buku tersebut memuat 64 kata yang menggunakan akhiran –isme. Dimulai dari kata Aksiologisme sampai dengan kata Zelotisme. Buku tersebut memang tergolong jadul. Tetapi, lewat buku tersebut ketika seseorang menemukan sebuah kata, misalnya, kata `sinisme`, begitu dia membuka buku tersebut ditemukan definisi yang menarik untuk membuat sebuah tulisan tentang hal-hal yang berkaitan dengan `sinisme`. Kata `sinisme` di buku Isme-Isme dari A sampai Z (2001:213) didefinisikan sebagai sikap suka mengejek, mengolok-olok, mencari kesalahan, dan melemparkan kritik. Dari definisi tersebut boleh jadi semua itu mengarah pada satu kata yang biasa digunakan di media sosial, yaitu yang biasa disebut `nyinyir`. Nah, dari kata `nyinyir` inilah orang bisa mengembangkan sebuah tulisan menarik. Bisa saja nanti di dalamnya sang penulis mencoba membedakan orang yang `nyinyir` dengan orang yang `kritis`. Kalau perlu, masukkan saja dampak yang akan dimunculkan dengan kebiasaan orang yang suka `nyinyir`. Di bawah ini ada sebuah paragraf yang memuat definisi dan uraian singkat di seputar kata `sinisme` dan `nyinyir.
(1) Istilah `sinisme` menurut A.Mangunhardjana dalam Isme-Isme dari A sampai Z (2001:213) ialah sikap suka mengejek, mengolok-olok, mencari kesalahan, dan melemparkan kritik. (2) Dalam istilah yang ada di media sosial (medsos) biasa disebut `nyinyir`. (3) Sebagai bukti kalau istilah sinisme ada kemiripan dengan `nyinyir di dunia medsos bisa dilihat dari pengertian `nyinyir` menurut orang-orang yang terlibat di dunia maya (netizen). (4) Para netizen sepakat menganggap nyinyir ini sama artinya dengan menggunjing, menyindir atau mengkritik seseorang atau pihak lawan. (5) Si tukang nyinyir ini, menurut para netizen artinya sama saja dengan tukang gosip, tukang sebar aib orang, tukang kritik, dan menggunjing orang lain dan tukang sebar berita hoax (https://inspirasipedia.com/2019/04/20/ apa-itu-nyinyir/). (6) Bisa juga mereka orang-orang yang tukang gosip, tukang sebar aib orang, tukang kritik dan menggunjing orang lain, dan tukang sebar berita hoax adalah orang-orang yang sinis. (7) Orang-orang penganut paham sinisme. (http://subagiowaluyo.blogspot.com/2020/08/all-you-need-is-love-76.html) |
Dua kalimat terakhir yang bisa dijadikan pemancing untuk menulis lebih jauh lagi, yaitu kalimat yang berbunyi: Bisa juga mereka orang-orang yang tukang gosip, tukang sebar aib orang, tukang kritik dan menggunjing orang lain, dan tukang sebar berita hoax adalah orang-orang yang sinis. Orang-orang penganut paham sinisme. Maksudnya, pada paragraf berikutnya kita bisa menguraikan bahwa orang-orang yang `nyinyir` adalah orang-orang penggosip, penyebar aib orang, pengeritik (perlu dijelaskan dan diuraikan di sini orang-orang yang suka mengeritik kekurangan orang lain), dan penyebar berita hoax. Mereka ini yang tergolong sebagai penganut paham sinisme. Karena sudah dimasukkan ke dalam penganut paham sinisme, kita tinggal menguraikan misalnya saja mencari faktor penyebab orang menjadi penganut paham sinisme. Kalau masih dirasakan kurang, coba tulis dampak yang diakibatkan oleh adanya sikap sinisme baik terhadap diri sendiri, masyarakat, maupun bangsa. Terakhir, upaya-upaya apa saja perlu dilakukan untuk menghindari sikap sinisme.
***
Setiap orang yang belajar ilmu ekonomi sudah bisa dipastikan akan diawali dengan pengertian ekonomi. Untuk mencari pengertian ekonomi kita bisa mencari di buku-buku yang khusus membahas ilmu ekonomi. Meskipun demikian, karena sudah diketahui secara umum, orang bisa memulainya dengan cara menguraikan akar kata dari kata `ekonomi`. Ternyata, kalau melihat dari akar katanya, kita akan dapati pengertian yang unik, yaitu `hukum` atau `aturan-aturan dalam rumah tangga`. Jadi,semua `hukum` atau `aturan dalam rumah tangga` itu `ekonomi`? Kalau coba dicari di wikipedia, kita akan menemukan pengertian ekonomi itu ialah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam mengelola sumber daya yang terbatas dan menyalurkannya ke dalam berbagai individu atau kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Kok, bisa jauh berbeda ya? Di sini seorang penulis harus menjelaskan dulu pengertian yang diambil dari akar kata tersebut yang boleh jadi entah mengalami perluasan makna atau kebalikannya, penyempitan makna, sehingga muncul pengertian baru yang lebih bisa diterima oleh setiap orang. Tidak bisa hanya menyebutkan garis besarnya. Memang, dengan cara menyebutkan garis besarnya saja orang bisa memahami pengertian ekonomi. Tetapi, tulisan yang baik setidaknya harus bisa mensugesti orang bahwa dari sebuah kata, sebagaimana juga diuraikan oleh bidang-bidang ilmu lainnya, kerap mengalami perubahan makna sehingga tidak mustahil memunculkan pengertian baru yang bisa diterima oleh semua orang. Berikut ini bisa kita lihat konsep tentang `ekonomi` yang definisinya dimulai dari menentukan akar katanya.
(1) Ekonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan atau hukum. (2) Jadi, ekonomi adalah aturan-aturan dalam rumah tangga. (3) Tetapi, secara garis besar pengertian ekonomi adalah sebuah keilmuan yang mempelajari tentang aktivitas manusia dalam lingkup ekonomi yang berhubungan dengan aktivitas produksi, distribusi, dan konsumsi. (4) Ilmu ini mempelajari tiga proses ekonomi yang telah disebutkan di atas, di antaranya adalah aktivitas produksi. (5) Dalam hal ini ekonomi membahas tentang cara barang tersebut dibuat, seperti bahan baku, cara pengolahan, biaya, dan pembuat. (6) Sementara itu, dalam hal aktivitas distribusi, ekonomi mempelajari cara barang atau jasa tersebut bertemu dengan konsumen, seperti pemasaran, pemasokan, dan tempat penjualan. (7) Kemudian aktivitas yang terakhir adalah konsumsi. (8) Dalam hal ini ilmu ekonomi membahas tentang cara barang atau jasa tersebut setelah sampai kepada konsumen. (9) Aktivitas ekonomi membahas tentang pembeli, alat pertukaran atau biaya, dan lain-lain. (10) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah sebuah cabang keilmuan yang membahas tentang aktivitas manusia dalam hal pembelian, penyaluran, dan pemakaian barang atau jasa. |
Paragraf di atas menggunakan dua kalimat utama (di awal dan akhir paragraf). Di awal paragraf dimulai dengan kalimat berbunyi: Ekonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Sementara itu, di akhir paragraf kita dapati kalimat berbunyi: Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah sebuah cabang keilmuan yang membahas tentang aktivitas manusia dalam hal pembelian, penyaluran, dan pemakaian barang atau jasa. Bagaimana cara meneruskan ke paragraf berikutnya agar terwujud menjadi sebuah wacana? Fokuskan saja pada bunyi kalimat di akhir paragraf tersebut. Caranya mudah kok! Kita bisa membahasnya dari aktivitas manusia dalam hal pembelian, penyaluran, dan pemakaian barang dan jasa sebagaimana tercantum dalam kalimat tersebut. Agar pembaca lebih memahami konsep `ekonomi` yang mau kita uraikan, kita bisa memulainya dengan aktivitas manusia dalam hal pembelian barang dan jasa. Kemudian kita teruskan yang berkaitan dengan penyalurannya. Terakhir, kita uraikan yang berkaitan dengan pemakaiannya. Kalau mengalami kesulitan untuk menuangkannya ke dalam tulisan, tidak ada salahnya kita mencoba mengambil dari berbagai referensi yang berkaitan dengan tiga hal di atas: pembelian, penyaluran, dan pemakaian barang dan jasa.
***
Di dunia pendidikan orang yang belajar bahasa pasti memulainya dengan menyimak/mendengarkan. Tahap berikutnya adalah membaca. Apa itu membaca? Tulisan berikut ini dimulai dengan definisi `membaca`. Setelah diuraikan definisi `membaca`, penulis juga menjelaskan bahwa membaca merupakan salah satu dari empat kegiatan berbahasa. Lebih jauh dari itu, penulis juga menjelaskan tentang pengklafikasian jenis membaca, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Kedua jenis membaca tersebut juga oleh penulisnya dituliskan definisinya sehingga kita mendapati dalam satu paragraf tersebut ada tiga definisi, yaitu `membaca`, `membaca nyaring`, dan `membaca dalam hati`. Untuk lebih jelasnya, bisa kita lihat tulisan berikut ini.
(1) Membaca ialah salah satu aktivitas berbahasa yang secara teknis melakukan analisis, interpretasi, dan memahami sebuah wacana atau tulisan tertentu. (2) Membaca juga merupakan salah satu dari empat kegiatan berbahasa. (3) Beberapa di antaranya adalah menyimak, berbicara, dan menulis. (4) Jika didasarkan pada cara membaca itu dilakukan, membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam. (5) Jenis membaca berdasarkan cara tersebut di antaranya adalah membaca nyaring dan membaca dalam hati. (6) Membaca nyaring ialah suatu aktivitas membaca yang dilakukan dengan cara mengeraskan suara dengan tujuan agar dapat disimak oleh orang lain. (7) Sedangkan membaca dalam hati ialah membaca dengan lirih tanpa mengeluarkan suara yang keras atau bisa juga membaca dengan tanpa mengeluarkan suara sama sekali. (8) Membaca dalam hati biasa dilakukan untuk memahami maksud dan tujuan tulisan atau wacana yang sedang dibaca. (https://www.kakakpintar.id/4-contoh-paragraf-definisi-pengertiannya/) |
Dari dua jenis membaca (membaca nyaring dan membaca dalam hati), mana yang mau kita teruskan ke paragraf berikutnya? Kalau mau menulis membaca nyaring, kita bisa tulis, misalnya, cara membaca nyaring yang benar. Bisa juga kita mau fokus pada kalimat terakhir di paragraf tersebut yang berbicara tentang membaca dalam hati, kita tuliskan hal-hal yang berkaitan dengan membaca dalam hati. Entah nanti kita tuliskan cara yang tepat membaca dalam hati. Bisa juga kita menulis kiat-kiat membaca dalam hati yang baik. Bahkan, boleh saja kita menambahkannya dengan manfaat yang bisa diambil dari membaca dalam hati.
***
Sebagaimana telah disampaikan dalam tulisan terdahulu, setiap orang yang mau menulis apapun harus dimulai dengan menemukan masalah. Setelah masalah ditemukan, kalau kita menemukan ada kata (frasa) atau istilah yang perlu definisi, kita memulainya dengan membuat definisi dari kata (frasa) atau istilah tersebut. Salah satu contoh menarik ketika di masa Pandemi Covid 19 ada fenomena orang yang mengisi waktu luangnya dengan memanfaatkan setiap jengkal tanah untuk ditanami palawija. Kita namakan aktivitas tersebut dengan `environmentalis`. Untuk memperoleh definisi kata `environmentalis`, kita perlu mencari kata atau istilah tersebut dari beberapa referensi. Nanti dari kata atau istilah yang kita dapati, boleh jadi kita bukan hanya menemukan arti kata tersebut, tetapi juga kata atau istilah `environmentalisme`. Lalu, dari kata atau istilah tersebut kita kembangkan menjadi sebuah tulisan dalam sebuah paragraf. Jika telah dikembangkan menjadi sebuah paragraf, langkah berikutnya yang paling mudah adalah meneruskan kalimat terakhir di paragraf tersebut.