Subagio S. Waluyo

Kolam Susu

                                               Koes Plus

Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jalan cukup menghidupimu

Tiada badai tiada topan kau temui

Ikan dan udang menghampiri dirimu

 

Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jala cukup menghidupmu

Tiada badai tiada topan kau temui

Ikan dan udang menghampiri dirimu

 

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

 

Ada negeri diberi embel-embel “kolam susu”. Jadilah “negeri kolam susu” nama negeri itu. Itulah Indonesia. Negeri elok yang jika dilihat dari petanya saja seperti untaian permata manikam yang tersusun demikian indahnya. Itu baru dilihat dari tampilan petanya. Ternyata, negeri ini memang elok bukan dari petanya, tapi juga dari keindahan pantai-pantainya yang dijejeri sekian ribu bahkan ratusan ribu (mungkin juga jutaan) pohon kelapa. Sepanjang mata memandang selain pohon-pohon kelapa juga ada di sebagian tempat bukit-bukit hijau yang jika digali masih ada kekayaan alam yang tidak terhingga. Jika tidak berkeinginan menggalinya, tanam saja pohon-pohon keras yang bisa dituai hasilnya di kemudian hari. Bukankah negeri kolam susu itu hanya dengan ‘tongkat kayu dan batu jadi tanaman’?

Negeri kolam susu yang lautnya 70% dari keseluruhan luas negeri itu dihuni oleh beragam makhluk laut dan jutaan (bahkan boleh jadi milyaran) yang ada di laut itu siap untuk dimanfaatkan oleh penduduk negeri kolam susu. Dijamin tidak akan habis-habisnya untuk dipancing atau ditangkap makhluk laut yang ada di lautan negeri kolam susu itu. Bukan hanya makhluk-makhluk laut yang ada di lautan, jika dilakukan eksplorasi, ternyata masih banyak terpendam sumber-sumber minyak bumi yang dijamin bisa memenuhi kebutuhan rakyat negeri kolam susu akan BBM. Bukan hanya itu, dari minyak-minyak yang digali masih bisa digunakan industri-industri yang menggunakan baik untuk bahan bakunya maupun untuk menggerakkan mesin-mesin industrinya. Pendek kata, negeri kolam susu dijamin dalam beberapa tahun ke depan (entah 20, 30, atau 50 tahun) tidak akan mengalami krisis BBM asal benar saja pengelolaannya.

Kekayaan alam Indonesia seperti yang ditulis Anne Ahira sebagai negara dengan tingkat biodiversitas (keanekaragaman hayati) kedua di dunia setelah Brazil (http://www.anneahira.com/ kekayaan-alam-indonesia.htm#). Berikut ini slide yang menggambarkan tentang keanekaragaman hayati Indonesia.

Dari slide tersebut bisa dijelaskan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi; tumbuhan tipe Indo-Malaya yang arealnya paling luas; hewan tipe oriental Asia, Australia, serta peralihan; hewan dan tumbuhan langka yang sangat banyak; dan kaya akan hewan dan tumbuhan endemik. Oleh karena itu,  wajar-wajar saja jika keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki keunikan sebagaimana dijelaskan pada slide di atas.  (https:// www.google. com/search?q=gambar+biodiversitas+indonesia&client). Keaneka-ragaman hayati yang ada di negara ini jika dikelola dengan baik diharapkan bisa mensejahterakan rakyatnya.

Itu baru dari keanekaragaman hayatinya, bagaimana dengan kekayaan alam Indonesia lainnya, seperti gas alam atau hasil pertambangan? Kalau mau dieksplorasi masih sangat banyak kekayaan alam Indonesia dari hasil tambang. Gas alam, misalnya, karena Indonesia memiliki banyak gunung, pegunungan, dan perbukitan, tidak mustahil jika dieksplorasi Indonesia bisa jadi negara terkaya dalam memiliki sumber-sumber gas alam. Selain gas alam, hasil-hasil tambang lainnya yang sampai saat ini masih digali seperti emas, timah, tembaga, batu bara, atau berbagai jenis mineral lainnya memberikan devisa buat negara yang tidak sedikit. Semua hasil tambang dan mineral itu kalau dikelola dengan baik diharapkan bisa mensejahterakan rakyatnya.

Dari sektor pariwisata Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Tidak salah jika negeri ini disebut sebagai “surganya dunia”. Lihat saja pegunungan-pegunungan di Indonesia yang membujur dari barat di Sumatera sampai di timur, itu semua menampilkan sekian banyak tempat wisata yang siap dimanfaatkan bagi masyarakat yang ingin mengisi liburan atau sekedar melepaskan kejenuhan. Jajaran pegunungan masih bersambung di Jawa yang jika ditarik garis lurus dari barat di Provinsi Banten sampai ke ujung timur di Provinsi Jawa Timur menawarkan pesona alam yang luar biasa. Masyarakat yang punya hobi arum jeram, sungai-sungai di Indonesia siap menyalurkan hobinya. Masyarakat yang punya hobi berpetualang ke alam bebas (hutan, misalnya), hutan-hutan Indonesia siap menyalurkan hobinya. Masyarakat yang punya hobi pada peninggalan-peninggalan kuno, Indonesia punya warisan candi-candi, museum-musem, atau bangunan-bangunan kerajaan yang siap menerima kehadirannya. Masyarakat yang punya hobi bersilancar di laut, pantai-pantai di Indonesia siap menyalurkan hobinya karena dijamin akan aman-aman saja (bukankah ini negeri yang disebut “tiada topan tiada badai kau temui?”). Masyarakat yang punya hobi kuliner, di beberapa kota yang dikenal sebagai kota-kota wisata kuliner siap mengenyangkan perut-perut wisatawan yang punya hobi kuliner. Masyarakat yang punya hobi pada hasil-hasil industri kreatif, kota-kota di Indonesia yang memiliki sentra-sentra industri kreatif siap  menerima kehadirannya untuk memenuhi seleranya. Pendek kata, wisata di Indonesia memberikan banyak tawaran yang bisa memuaskan para wisatawan yang berhasrat memenuhi kepuasan batiniahnya. Dari sektor pariwisata saja jika dikelola dengan baik dijamin bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Indonesiaku “negeri kolam susu” yang membuat rakyatnya selayaknya hidup seperti di surga karena “tiada badai tiada topan kau temui” sehingga nelayan bisa mengail ikan dengan nyaman dan aman. Indonesiaku “negeri kolam susu” yang rakyatnya seharusnya hidup berkecukupan karena “kail dan jala cukup menghidupimu” sehingga lautan yang membentang luas itu siap memenuhi kebutuhan para nelayan. Indonesiaku “negeri kolam susu” yang “orang bilang tanah kita tanah surga” karena “tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Dari “tongkat kayu” yang ditancapkan itu akan tumbuh tunas-tunas pohon yang kelak bisa dinikmati oleh para penanamnya. Indonesiaku “negeri kolam susu” ternyata jauh panggang dari api.Pengelola “negeri kolam susu”  ini karena keserakahannya, kebodohannya, kehausan kekuasaannya, dan tentu saja kealpaannya sampai-sampai tidak ingat pada rakyat kecil yang mereka selayaknya juga mendapat bagian dari kekayaan negeri ini. Indonesiaku “negeri kolam susu” berubah jadi “negeri kolam air mata” karena banyak rakyat negeri ini yang setiap hari menangisi kemiskinannya. Ah, “negeri kolam susu” yang telah berganti jadi “negeri kolam air mata” sudah seperti nasibnya kapal titanic. Wallahu a`lam bissawab. 

By subagio

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *