Subagio S.Waluyo

 Apakah ada masalah dengan mindset ilmuwan di negeri tercinta ini? Kalau tidak ada masalah, mana mungkin Penulis menulis judul  di atas?  Jadi, Penulis mengangkat tentang mindset karena sudah jelas-jelas ada masalah dengan mindset ilmuwan. Mengapa muncul masalah tersebut? Bagaimana cara memecahkan masalah mindset ilmuwan? Nah, pertanyaan-pertanyaan itulah yang perlu Penulis bahas pada uraian berikut ini.

***

Dimaksudkan dengan mindset menurut Rhenaldi Kasali dalam bukunya Disruption adalah bagaimana manusia berpikir yang ditentukan oleh setting (latar) yang orang buat sebelum berpikir dan bertindak (2017:305). Dengan melihat definisi tersebut bisa kita simpulkan bahwa seorang ilmuwan sebelum berpikir dan bertindak sebaiknya ilmuwan itu men-setting cara berpikirnya. Jadi, kalau melakukan suatu tindakan, terlepas tindakan itu baik atau buruk, hal itu lebih disebabkan oleh pola pikir (mindset) ilmuwan. Kalau tindakan itu baik, itu mencerminkan mindset ilmuwan itu baik. Sebaiknya, kalau tindakan itu tidak baik atau negatif, itu mencerminkan mindset ilmuwan itu tidak baik. Dengan demikian, mindset itu bisa mempengaruhi di antaranya persepsi seorang ilmuwan atau bisa juga menentukan tindakannya. Meskipun demikian seorang ilmuwan tidak mustahil terkurung oleh pengalaman masa lalunya dengan menyangkal realitas baru atau steady (fixed) mindset. Sebaliknya, seorang ilmuwan yang memiliki disruptive mindset bisa menjadi orang yang kreatif dan tidak takut melihat perubahan (Rhenaldi, 2017:305).

Di atas disebutkan bahwa seorang ilmuwan yang memiliki disruptive mindset bisa menjadi orang yang kreatif dan tidak takut melihat perubahan. Untuk bisa menjadi orang yang disruptive mindset, seorang ilmuwan harus memiliki mental corporate mindset. Dalam hal ini seorang ilmuwan harus memiliki mobilitas tinggi, respons cepat, dan aktif melayani (https://www. kompasiana.com/m.trimanto /5bd91a24ab12ae206024e0d3/ corporate-mind-set-mental-seorang-pendamping-sosial). Ilmuwan jenis ini setiap ada masalah cepat direspons. Bahkan, dalam memberikan pelayanan sering melakukan jemput bola. Untuk lebih jelasnya uraian tentang ilmuwan yang memiliki mental corporate mindset bisa dilihat pada gambar berikut ini.

Apa yang bisa dijelaskan dari gambar di atas? Seorang ilmuwan yang memiliki corporate mindset punya kecenderungan sangat mengedepankan strategi. Ilmuwan yang tidak memiliki strategi ada kecenderungan seperti seorang birokrat. Walaupun dalam melayani masyarakat telah menggunakan sarana berbasis IT, karena bermental birokrat, dalam melayani masyarakat cenderung lihat-lihat dulu orang yang dilayaninya. Boleh jadi sikap birokrat seperti itu karena masih bercokolnya mental patronasme (Asal Bapak Senang atau ABS). Atau bisa juga masih sangat terikat pada birokrasi sehingga ada kecenderungan setengan hati ketika melayani masyarakat. Begitu pun seorang ilmuwan yang tidak memiliki strategi terpaku pada perintah atasan sehingga tidak memiliki sikap terbuka terhadap sesuatu yang baru atau masa depan. Bukankah ilmuwan yang banyak memperoleh manfaat dari ilmunya sudah selayaknya memiliki sikap terbuka terhadap sesuatu yang baru dan masa depan? Untuk itu, seorang ilmuwan harus melakukan perubahan.

(Rhenaldi Kasali, 2017: 321)

Untuk bisa melakukan perubahan seorang ilmuwan harus membuka mata agar dapat melihat adanya perubahan yang harus segera diantisipasi karena kalau tidak melakukannya sudah bisa dipastikan ilmuwan tersebut akan gagal melihat perubahan (ilmuwan gagap teknologi alias gaptek). Kalau sudah melihat adanya perubahan, ilmuwan itu harus segera bergerak untuk melakukannya. Jadi, tidak boleh sang ilmuwan diam (stagnan). Dengan sang ilmuwan bergerak, semua hal yang berkaitan dengan masalah akademis bisa diselesaikan. Dengan demikian, sebuah perubahan bisa dilakukan dengan tiga hal: melihat, bergerak, dan menyelesaikannya sampai tuntas (Rhenaldi, 2017: 321).

***

          “Sesungguh Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Surat Ar-Ra`ad:11). Ayat Quran itu tampaknya memberi motivasi pada umat manusia agar melakukan perubahan. Kalau memang mau ada perubahan totalitas, terutama perubahan mindset, seorang ilmuwan harus melakukannya sekarang juga. Mumpung masih ada waktu kerjakanlah! Jangan ditunda-tunda lagi! Wallahu a`lam bissawab!

 

By subagio

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *