Subagio S. Waluyo
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
(Surat Thoha:82)
Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Surat Al-Furqon:70)
Dan (juga) orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
(Surat Ali Imran:135)
Jika seorang mukmin selamat dari neraka, maka ia ditahan di sebuah jembatan antara surga dan neraka. Lalu ia dimintai pertanggungjawaban oleh orang-orang yang dizalimi di dunia. Jika telah suci dan bersih, barulah mereka diizinkan masuk surga.
(Hadits Riwayat Bukhari)
***
Seorang hamba Allah yang beriman jika melakukan kesalahan, dia segera ingat Allah. Dia segera bertobat. Dia yakin Allah akan mengampuninya. Tapi, dia juga harus punya tekad untuk tidak mengulangi kesalahannya. Kalau dia masih tetap melakukan kesalahan, kemudian dia bertobat, kemudian melakukan kesalahan lagi, itu namanya main-main. Sangat sulit orang seperti ini untuk diampuni Allah. Meskipun demikian, Allah Maha Pengampun, Allah Maha Pengasih, tetap saja pintu untuk bertobat selalu terbuka. Sebelum Allah menyelesaikan masa kontrak kita di dunia ini, masih ada kesempatan untuk bertobat. Sifat seperti ini sangat tidak mungkin ada pada hamba-Nya. Kalau juga ada, selayaknya kita bersyukur ada orang-orang semacam itu.
Salah seorang hamba Allah yang mengakui kesalahannya, mengakui dosa-dosanya sehingga dia merasa `masih mungkinkah pintumu kubuka, dengan kunci yang telah kupatahkan` adalah Ebiet G. Ade dalam lirik lagunya “Aku Ingin Pulang”.
Aku Ingin Pulang
Ebiet G. Ade Kemanapun aku pergi Bayang bayangmu mengejar Bersembunyi dimanapun S’lalu engkau temukan Aku merasa letih dan ingin sendiri Ku tanya pada siapa Tak ada yang menjawab Sebab semua peristiwa Hanya di rongga dada Pergulatan yang panjang dalam kesunyian
Aku mencari jawaban di laut Ku sadari langkah menyusuri pantai Aku merasa mendengar suara Menutupi jalan Menghentikan petualangan Du du du
Kemanapun aku pergi Selalu ku bawa bawa Perasaan yang bersalah datang menghantuiku Masih mungkinkah pintumu kubuka Dengan kunci yang pernah kupatahkan Lihatlah aku terkapar dan luka Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa
Aku ingin pulang uhuu Aku harus pulang uhuu Aku ingin pulang uhuu Aku harus pulang uhuu Aku harus pulang |
Ebiet di lirik lagu itu jelas sekali menggambarkan orang yang lemah, orang yang merasa diawasi Allah. Dia merasa selalu dibayangi Allah. Tidak ada tempat untuk sembunyi karena Allah yang Maha Tahu, Maha Melihat, pasti tahu di mana pun dia berada. Kalau sudah merasa benar-benar dalam pengawasan Allah, dia akan merasa letih. Yang pada akhirnya, dia menginginkan kesendirian. Dia perlu tempat untuk merenungkan akan kelemahan dirinya sebagai hamba Allah yang benar-benar dhaif. Coba saja kita renungkan baris-baris di lirik ini.
Kemanapun aku pergi
Bayang bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S’lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri
***
Masalah-masalah yang berkecamuk dalam diri memang sulit dicari jalan ke luarnya. Dia hanya bisa diselesaikan lewat ibadah di malam hari yang orang bisa khusyuk untuk melakukannya. Di situ Sang Hamba yang dhaif bisa langsung mengadu pada Sang Khalik yang Maha Pengampun yang selalu mendengar pengaduan hamba-Nya. Dia juga bisa meminta yang diinginkannya pada Tuhan-Nya. Sang Khalik yang mendengar pengaduan dan do`a hamba-Nya akan meresponnya dengan cara mengingatkan Sang Hamba sehingga Sang Hamba ketika ingin melakukan sesuatu akan selalu tertutup jalannya. Dengan demikian, Sang Hamba akan selalu bersih dari perbuatan maksiat.
Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian
Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan
Du du du
Manusia yang masih punya hati nurani yang bersih tatkala berbuat salah pasti akan selalu dihantui perasaan bersalah. Inilah jenis manusia yang masih punya iman. Manusia mukmin yang rendah hati (tawadhu). Sebaliknya, manusia yang ingkar pada Allah adalah orang yang telah kotor hatinya, yang tidak akan mungkin ada perasaan bersalah. Manusia yang kotor jiwanya selalu merasa benar, merasa menang sendiri, merasa superior. Manusia jenis ini jauh dari keimanan. Manusia jenis ini adalah manusia yang tinggi hati. Coba bandingkan dengan yang diungkap Ebiet jenis manusia yang digambarkannya adalah jenis manusia yang selalu merasa dihantui kesalahan. Sampai-sampai perasaan bersalah itu memunculkan suatu perasaan apakah Allah mau menerimanya kalau kunci yang digunakan untuk membuka pintu-Nya telah patah. Jiwanya telah terpecah-pecah sehingga dia merasa tidak lagi punya kepribadian (kepribadiannya pecah atau split personality).
Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu kubuka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa
***
(https://images.app.goo.gl/jSCWcuk4acbfkQWQ9)
Ungkapan curahan hati Ebiet G. Ade sama seperti Chairil Anwar dalam puisinya “Doa”. Di situ Chairil Anwar mengungkapkan:
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Chairil Anwar merasakan hal yang sama dengan Ebiet G. Ade, sama-sama merasa gundah, galau, tidak tenang karena selalu dihantui rasa bersalah. Keduanya merasakan jiwanya telah tidak utuh lagi. Meskipun demikian, keduanya tidak putus asa karena rahmat Allah akan melingkup kepada semua Hamba-Nya. Mereka yakin Allah pasti menerima kehadirannya meskipun kunci yang digunakan untuk dekat pada Allah telah dipatahkan. Tentu saja, setiap hamba Allah yang mau mengetuk pintu-Nya walaupun kunci yang digunakan telah patah pasti Allah akan membuka pintu-Nya karena Allah Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Karena itu, Chairil Anwar tidak putus asa meminta pada Sang Khalik:
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Seruan yang serupa juga terjadi pada Taufik Ismail dalam puisinya: ”Puisi Doa “. Dalam puisi tersebut Taufik Ismail memulainya dengan sebuah pengakuan bahwa dirinya dan orang-orang di sekitarnya telah banyak berbuat nista. Memang, Taufik dan teman-teman seperjuangannya telah berhasil menjungkalkan rezim Orde Lama. Tapi, dalam melaksanakannya dia merasa ada yang tidak benar. Dia merasa ada perbuatan nista yang dilakukannya. Untuk itu, dia meminta pada Allah ampunan-Nya. Dia minta kerelaan-Nya agar dia dan teman-teman seperjuangannya tetap dalam barisan Allah. Artinya, dia minta diakui sebagai hamba Allah, yaitu orang-orang yang berserah diri dan beriman kepada Allah. Biar bagaimanapun dia minta tetap dalam Iman dan Islam. Bisa kita simak isi lengkap puisi Doa karya Taufik Ismail berikut ini.
Puisi Doa
Karya: Taufik Ismail
Tuhan kami Telah nista kami dalam dosa bersama Bertahun membangun kultus ini Dalam pikiran yang ganda Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami Ampunilah Amin
Tuhan kami Telah terlalu mudah kami Menggunakan asmaMu Bertahun di negeri ini Semoga Kau rela menerima kembali Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami Ampunilah Amin.
1966 |
***
Tidak ada kata terlambat bagi siapa saja yang masih ada iman. Selagi Allah masih beri kesempatan hidup di dunia ini manfaatkan untuk bertobat dan berbuat baik. Dalam Surat Ali Imran ayat 135, Allah meminta kita untuk segera bertobat begitu kita melakukan perbuatan dosa. Dosa kita pada Allah kita minta pada Allah agar menghapus dosa-dosa kita. Sebagaimana Nabi Adam begitu dia berbuat dosa, beliau mengakui kesalahannya dan minta agar dihapuskan kesalahannya. Karena, kalau tidak dihapus segala kesalahannya dikhawatirkan dirinya termasuk orang-orang yang dzalim (Surat Al-A`raf:23). Agar kita ketika dicabut nyawanya oleh Allah bukan tergolong orang yang dzalim tidak ada salahnya kita membaca do`a yang diajarkan Nabi Adam AS. Bukankah kita menghendaki kehidupan dunia yang baik dan akhirat yang baik? Dengan demikian, kita juga harus punya harapan agar akhir hidup kita menjadi orang-orang yang khusnul khotimah (penutup yang baik). Untuk itu, tidak ada salahnya kalau kita menjadi orang yang digambarkan Ebiet dalam “Aku Ingin Pulang” yang diucapkan berulang kali:
Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku harus pulang
Kita memang pada akhirnya akan berpulang kepada Allah. Kita memang harus pulang kepada-Nya. Kepulangan itu harus disertai amal saleh. Kepulangan itu harus dengan jiwa yang bersih. Kepulangan itu harus diridhoi Allah. Karena jiwa ini telah Bersih dari segala kekotoran, ketika Allah mencabut nyawa kita, yang ada di wajah ini sebuah senyuman dan seruan `Laa Ilaaha Illa Allah`
. Semoga saja itu bisa terjadi pada kita. Wallahu a`lam bissawab.