Subagio S.Waluyo

Bagaimana caranya agar dapat memikat pembaca? Awali dengan kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat yang bombastis! Tetapi, ingat, biar bagaimana pun kita harus berpatokan pada data yaang valid. Tanpa data kita akan dikatakan orang asal `ngecap`, asal `bunyi, atau asal `bersuara`. Jadi, supaya terhindar dari itu semua, sekali lagi, setiap kali kita mau menulis harus memiliki data yang valid. Paling tidak kita harus berpatokan pada 5 W + 1 H. Dengan berpatokan pada 5 W + 1 H kita bisa mempertanggungjawabkan tulisan kita manakala ada orang yang penasaran ingin menelusuri tulisan kita.

***

Berikut ini ada contoh tulisan yang di awali sebuah frase `nyeri dada`. Mungkin banyak pembaca yang terkecoh karena si penulis akan menyampaikan masalah-masalah di seputar nyeri dada entah itu apa itu nyeri dada, kapan terjadinya nyeri dada, mengapa terjadi nyeri dada, atau bagaimana cara mengobati nyeri dada. Ternyata, setelah kita membacanya rupanya si penulis mau menyampaikan bahwa di mesin pencari yang terdapat di komputer (seperti Google) setiap orang yang mau mencari satu kata atau frase demikian mudah dan cepat ditemukan informasi di seputar kata atau frase yang dicarinya. Di sini penulis mengambil contoh ketika kita mencari frase `nyeri dada` akan muncul sebelas juta lebih hasil. Kita tidak tahu persis apakah yang disampaikan penulis berlebihan atau memang yang sebenarnya seperti itu. Terlepas dari sikap berlebihan, yang jelas penulis berhasil memikat setiap pembaca bahwa mesin pencari yang terdapat di komputer memang layak digunakan untuk membantu seseorang ketika suatu saat mengalami stagnan mencari kata atau frase yang mau dijadikan bahan tulisan. Coba kita telusuri tulisan di bawah ini.

Nyeri dada? Tanya komputer Anda. “Mengapa dada saya nyeri?” Akan muncul sebelas juta lebih hasil (setidaknya di mesin pencari yang saya gunakan dalam waktu tepat 0,52 detik. Aliran informasi akan memenuhi layar Anda, berisi nasihat yang membantu dari sumber-sumber yang bervariasi, mulai dari Institut Kesehatan Nasional sampai organisasi lain yang tampak kurang meyakinkan. Sebagian situs bahkan akan membimbing calon pasien melalui diagnosis. Dokter Anda mungkin memiliki pendapat yang berbeda, tetapi siapa yang bisa membantah layar bersinar yang menjawab pertanyaan Anda dalam waktu tak sampai satu detik?

(Matinya Kepakaran oleh Tom Nichols, 2019:128)

Tim Nichols dalam bukunya Matinya Kepakaran mau menyampaikan bahwa kehadiran komputer memudahkan orang untuk melakukan berbagai aktivitas terutama yang berkaitan dengan komunikasi dan literasi. Jika di awal-awal kemunculan komputer lebih banyak membantu orang untuk menulis dan menyimpannya, pada perkembangan berikutnya dengan berbagai aplikasi yang ditawarkannya komputer juga bisa dijadikan alat komunikasi sekaligus informasi bahkan juga bisa dijadikan alat hiburan. Komputer seperti yang disampaikan di atas juga membantu orang mencari kata-kata atau frasa-frasa yang biasanya terdapat di kamus atau glosari atau boleh juga ensiklopedi. Sekarang cukup dengan mengetikkan sebuah kata atau frasa dalam beberapa detik sudah bisa ditemukan kata atau frasa yang mau kita cari. Kita tidak usah repot-repot lagi buka kamus dan sejenisnya hanya untuk mencari kata atau frasa. Hadirnya komputer (yang di dalamnya juga tersedia internet) membuat kita benar-benar dimudahkan. Tim Nichols boleh jadi juga ingin mengatakan bahwa matinya kepakaran lebih disebabkan kehadiran internet yang bukan saja orang malas baca buku, tapi juga sangat memungkinkan kehadiran internet menyuburkan perilaku plagiat. Ungkapan Will McDonough di bawah ini ada benarnya kalau internet telah menyebabkan banyaknya plagiarisme dalam jurnalisme. Selain ungkapan McDonough, beberapa penulis dunia juga membuat ungkapan yang memerahkan telinga orang yang membacanya. Kita lihat ungkapan-ungkapan mereka berikut ini.

Saya pikir hampir setiap surat kabar di Amerika Serikat kehilangan sirkulasi karena Internet. Saya juga berpikir Internet akan menyebabkan banyak plagiarisme dalam jurnalisme.

Will McDonough

Mencuri dari satu penulis adalah plagiarisme; dari banyak penulis, penelitian.

Walter Moers

Orisinalitas adalah plagiarisme yang tidak terdeteksi.

William Ralph Inge

Jika Anda mencuri dari satu penulis itu adalah penjiplakan; jika Anda mencuri dari banyak itu penelitian.

Wilson Mizner

Dalam seni mereka menyebutnya plagiarisme, dalam bisnis mereka menyebutnya kompetisi.

Andrew Mason

Begitu Anda masuk ke dunia distopia, sulit untuk menghindari plagiarisme, karena orang lain telah memiliki visi yang begitu kuat.

Anthony Horowitz

(https://azsayings.com/kutipan-berdasarkan-topik/plagiat)

***

Peru salah satu negara di Amerika Selatan pernah dipimpin seorang diktator dari Jepang. Kita mungkin akan bertanya-tanya `kok, bisa-bisanya seorang imigran asal Jepang menjadi seorang pemimpin di Peru?`. Tapi, itulah sebuah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri. Adalah Fujimori sang imigran asal Jepang yang menjabat sebagai rektor di salah satu universitas di Peru yang di awal-awal cuma mau coba-coba menjadi anggota senat. Takdir menentukan dia bukan hanya menjadi anggota senat, tapi juga menjadi pemimpin di negara bukan tempat kelahirannya (Fujimori lahir di Kataoka Kenya). Kalimat pertama yang ditulis Steven Levitsky&Daniel Ziblatt:”Alberto Fujimori tak berencana menjadi diktator Peru.Dia bahkan tak berencana menjadi presiden.” menarik untuk dibaca sampai tuntas.

Alberto Fujimori tak berencana menjadi diktator Peru. Dia bahkan tak berencana menjadi presiden. Fujimori, rektor universitas keturunan Jepang yang kurang dikenal awalnya, tadinya berharap bisa mendapat kursi senat pada 1990. Ketika tidak ada partai yang mau mencalonkanya, dia membuat partai sendiri dan maju dari partai itu. Dia kekurangan dana dan ikut pemilihan presiden untuk menarik perhatian ke kampanye senatnya. Namun, 1990 adalah tahun krisis berat. Ekonomi Peru ambruk dalam inflasi besar-besaran, dan satu kelompok gerilya Maois bernama Sendero Luminoso (Jejak Bercahaya) yang aksi brutalnya telah menewaskan puluhan ribu orang sejak pertama berdiri pada 1980 sedang mendekati ibukota Lima. Rakyat Peru muak dengan partai-partai lama. Mereka protes dan beralih mendukung si tokoh kurang terkenal dalam politik yang slogan kampanyenya “Presiden Seperti Anda”. Tanpa diduga, Fujimori memimpin di jejak pendapat. Dia mengejutkan dunia politik Peru dengan meraih suara terbanyak kedua dan masuk putaran kedua menantang Mario Vargas Llosa, penulis novel terkenal di Peru. Rakyat Peru mengagumi Vargas Llosa, yang sesudahnya meraih Hadiah Nobel bidang sastra. Hampir seluruh kalangan mapan—politikus, media, pemimpin bisnis—menyokong Vargas Llosa, tapi rakyat biasa Peru memandang dia terlalu akrab dengan kaum elite, yang tampak tak mendengarkan kekhawatiran mereka. Fujimori, dengan wacana populis yang memanfaatkan kemarahan itu dianggap banyak orang sebagai satu-satunya pilihan yang menjanjikan perubahan. Dia menang.

(Bagaimana Demokrasi Mati oleh Steven Levitsky&Daniel Ziblatt, 2019:55).

Jika kalimat pertama Steven Levitsky&Daniel Ziblatt kurang menggigit, bisa saja kita menyimak ungkapan Najwa Shihab kalau politik itu permainan citra. Bisa juga kita mengutip ungkapan Winston Churchill kalau dalam perang orang hanya bisa terbunuh sekali, tetapi dalam politik bisa mati berkali-kali. Artinya, politik itu seperti tidak ada matinya. Politik itu benar-benar sebuah permainan yang penuh dengan kekotoran. Tetapi, politik itu juga mengasikkan karena bisa membuat orang lupa daratan. Saking lupa daratan politik itu seperti dikatakan WS Rendra politik itu adalah cara merampok dunia.  Karena diajarkan cara merampok dunia, politik juga penuh dengan kasak-kusuk elit yang berebut kekuasaan. Untuk lebih jelasnya, kita simak tokoh-tokoh baik nasional maupun internasional yang melantangkan ungkapan-ungkapan politik berikut ini.

Telah berlalu show politik permainan citra, sebab rakyat sudah terlatih memisah dusta dari kata.

Najwa Shihab

Dalam perang Anda hanya bisa terbunuh sekali, tapi dalam politik Anda bisa mati berkali-kali.

Winston Churchill

Akhirnya politik menjadi soal modal, rakyat diajarkan memilih yang terkenal.

– Najwa Shihab

Berada dalam politik seperti menjadi pelatih sepak bola. Kamu harus cukup pintar untuk memahami permainan, dan cukup bodoh untuk berpikir itu penting.

 – Eugene McCarthy

 Kepemimpinan adalah kapasitas untuk menerjemahkan pandangan menjadi kenyataan.

 – Warren Bennis

Pendidikan politik rakyat hanya akan berhasil dalam sistem yang demokratis dan adanya jaminan atas HAM.

Munir

Politik adalah cara merampok dunia. Politik adalah cara menggulingkan kekuasaan, untuk menikmati giliran berkuasa.

W.S. Rendra

 Berbicara politik sebagai debat kebijakan, bukan kasak-kusuk elit berebut kekuasaan.

– Najwa Shihab

Saya harus mempelajari politik dan perang agar anak saya punya kebebasan untuk mempelajari matematika dan filsafat.

 – John Adams

Manusia pada dasarnya adalah binatang politik.

Aristoteles

Ketika politik mengajarkan bahwa tugas politikus sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat, namun, yang terjadi mereka hanya mementingkan dirinya sendiri.

– Joseph Schumpeter

(https://plus.kapanlagi.com/45-kata-kata-politik-dusta-untuk-mengungkapkan-kekecewaan-terhadap-ketidakadilan)

***

Kalau tulisan di atas berkaitan dengan bidang politik, tulisan berikut ini berkaitan dengan psikopat. Psikopat seperti yang kita ketahui ialah gangguan mental yang ditandai dengan kurangnya empati (rasa iba) dan kontrol perilaku yang buruk atau impulsif. Orang yang psikopat mengakibatkan penderitanya memiliki perilaku antisosial dan cenderung melanggar aturan serta melakukan tindak kriminal atau kekerasan (https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/psikopat/). Sebagai bukti kalau orang psikopat ada kecenderungan untuk bertindak kriminal, tulisan di bawah ini menggambarkan penderita psikopat bisa bertindak keji.

Kenapa Gambir berbuat sekeji itu? Tujuh orang dalam satu malam melayang nyawanya karena kegilaannya. Tuduhan bahwa dia anak gila bisa jadi terbukti kalau dia dengan tanpa rasa kemanusiaan membunuh ibunya, istrinya, adik-adiknya, dan dua orang sahabat karibnya. Gambir memang gila. Gambir telah melampiaskan sakit hatinya pada orang-orang yang telah mengkhianati dirinya. Tapi, Gambir tidak mungkin melakukan itu semua tanpa ada faktor-faktor penyebabnya. Orang-orang terdekat Gambir seperti ibunya dan istrinya adalah orang-orang yang paling tidak suka dengan keberadaan Gambir. Mereka sering berkamuflase untuk menutup aib dirinya dan menimpakan kesalahan pada Gambir. Jauh sebelum itu, ayah Gambir, dokter Koentoro atau dokter Koen, adalah seorang ayah yang kejam ketika menghukum anaknya, Gambir. Ibunya, Menik Sasongko, juga sama. Mereka selalu berkonspirasi ketika menghukum Gambir. Cara-cara keji yang diterima Gambir semua terekam dalam ingatanya.

(Kota Gigantisme Produk Bangsa Berperilaku Degil oleh Subagio S.Waluyo, 2022:412-413).

Mungkin banyak orang yang penasaran seperti apa sih orang yang psikopat? Kalau disebutkan orang yang psikopat adalah orang yang mengalami gangguan mental sehingga orang tersebut kurang punya rasa empati. Selain itu, orang psikopat juga kurang bisa mengontrol perilakunya yang buruk (impulsif). Saking impulsifnya seorang psikopat bisa saja memiliki perilaku yang cenderung antisosial. Lebih jauh dari itu, dia bisa saja melakukan tindakan-tindakan kriminal atau kekerasan yang membahayakan. Kutipan-kutipan berikut ini membuktikan Gambir dalam novel Pintu Terlarang  (Sekar Ayu Asmara) sebagai penderita psikopat yang tidak bisa mengontrol dirinya.

………………………………………………………………………………….

Bahagia. Kebahagiaan. Apakah itu kebahagiaan? Aku tidak ingat lagi kapan aku merasakan kebahagiaan.

(Pintu Terlarang, 2009:7)

…………………………………………………………………………………

Aku menyukai kesendirianku. Kesendirianku adalah sebuah dunia di mana aku merasa nyaman. Di mana aku merasa aman. Di dalam kesendirian, aku bisa menciptakan berbagai dunia lain. Menciptakandunia seperti yang aku inginkan. Sebuah dunia yang terkadang bisa membuatku bahagia.

(hlm. 8)

………………………………………………………………………………….
Kemarahan Gambir sampai dipuncaknya. Ia memakukan belati tepat ke jantung Damar. Dan adiknya pun terkulai tak bernyawa. Mata Gambir kian merah menahan amarah. Gambir bangkit sambil menendang jasad adiknya dengan kesal. Kata-kata terakhir adiknya mengiang terus di telinga. Bagai-mana mungkin ibunya menyuruh adiknya untuk berselingkuh dengan Talyda? Bagaimana mungkin?

(hlm. 223)

……………………………………………………………………….
Kamu gila, Gambir. Kamu tidak waras….” Kata-kata Menik Sasongko memberebet seperti knalpot tersumbat. Gambir menancapkan belati ke jantung ibunya berkali-kali. Napas Gambir tersengal-sengal. Ia melihat mata ibunya melotot. Dalam kematian pun, sorotan ibunya masih saja menghakimi dirinya.Masih terus saja meremehkan kemampuannya. Menyepelekan karirnya.Di dua sisi kehidupan yang berbeda—kehidupan dan kematian ibunya masih saja tidak bisa menghargainya.

(hlm. 235)

………………………………………………………………………………..

Dengan satu gerakan secepat kilat Gambir menancapkan belati ke dada Talyda. Mata Talyda membelalak, mulutnya mengeluarkan rintihan, kepalanya terkulai. Ia tewas seketika. My guardian angel.  Bidadari pelindungku.Bidadari sudah binasa di tanganku. Tiadanikmat senikmat pembalasan. Wa-ha-ha-ha!!! Tawa Gambir menggema pada dinding-dinding studio.

(hlm. 251-252)

……………………………………………………………………………………..
Aku gila? Jangan seenaknya menuduh. Bisa buktikan? Bisa buktikan kau lebih waras dariku? Apa aku gila? Apa aku waras? Bisa ya. Bisa juga tidak. Ooouuuwww!!!

(hlm. 264)

***

Masalah korupsi adalah masalah yang tampaknya tidak habis-habisnya untuk dibahas. Konon kabarnya untuk memberantas korupsi yang sudah menggurita di negara ini pemerintah mempersilakan lembaga independen seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan berbagai cara agar tindak pidana korupsi (tipikor) semakin berkurang. Korupsi bukan makin berkurang malah makin merata di semua lini baik di dalam tubuh pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Kalau dulu korupsi cenderung tersentralisasi, kini korupsi benar-benar terdesentralisasi. Ke depan urusan korupsi akan tambah runyam karena KPK bukan lagi sebagai lembaga independen. KPK telah menjadi alat pemerintah yang dikendalikan oleh pemerintah. Tidak aneh kalau ditemukan kasus-kasus korupsi lebih cenderung tebang pilih. Padahal kita tahu sendiri bahaya korupsi yang masif akan menciptakan ekonomi biaya tinggi seperti yang disampaikan dalam tulisan berikut ini.

Praktek korupsi yang terjadi menciptakan ekonomi biaya tinggi. Beban yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost economy. Dari istilah pertama di atas terlihat bahwa potensi korupsi akan sangat besar terjadi di negara-negara yang menerapkan kontrol pemerintah secara ketat dalam praktek perekonomian alias memiliki kekuatan monopoli yang besar karena rentan sekali terhadap penyalahgunaan. Yang disalahgunakan adalah perangkat-perangkat publik atau pemerintahan. Yang diuntungkan adalah kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi.

(Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi oleh Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011:59)

Kutipan di atas mengajarkan pada para mahasiswa kita tentang bahayanya korupsi. Di satu sisi diajarkan pada mereka sesuatu yang idealis dan sekaligus teoritis. Di sisi lain mereka juga menyaksikan betapa pimpinan di negara ini telah memberikan pelajaran yang justru bertentangan. Karena itu, wajar-wajar saja kalau ada orang yang mengkritisi maraknya korupsi di negara ini. Mereka bahkan membuat ungkapan-ungkapan yang sebagian bisa memerahkan telinga orang yang membacanya. Agar tidak timbul rasa penasaran, berikut ini kita simak ungkapan-ungkapan tentang korupsi yang disampaikan oleh beberapa tokoh baik tokoh nasional maupun tokoh internasional yang menarik untuk direnungkan.

Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri.

Najwa Shihab

Dalam kondisi darurat korupsi, pejabat negara tetap mencuri silih berganti. Sebanyak koruptor masuk penjara, sebanyak itu pula regenerasinya menggarong negara.

Najwa Shihab

Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi.

Soe Hok Gie

Membiarkan terjadinya korupsi besar-besaran dengan menyibukkan diri dengan ritus-ritus hanya akan berarti membiarkan berlangsungnya proses pemiskinan bangsa yang semakin melaju. –Abdurrahman Wahid

Titik bahaya dari korupsi tak cuma dilihat persentase kebocoran uang tapi juga dari menipisnya kepercayaan kepada bersihnya aparatur negara secara keseluruhan. –Goenawan Mohamad

Sebuah pemerintahan, yang hanya melindungi kepentingan bisnis saja, tak lebih dari sekadar cangkang, dan segera runtuh sendiri oleh korupsi dan pembusukan. –Amos Bronson Alcott

Negara kita begitu mantap menunjukkan bagaimana jalan yang tepat untuk lolos dari kehancuran, yaitu pertama dengan konsolidasi kekuasaan, dan kemudian korupsi, itulah konsekuensi pentingnya. –Thomas Jefferson

Jadi dunia semuanya kalau belajar mengenai korupsi, belajar ke Indonesia. -Adnan Pandu Praja

(https://www.alonesia.com/humaniora/pr-1912096884/21-quotes-atau-ungkapan-tentang-korupsi)

***

Begitu banyak cara kita memulai sebuah tulisan. Salah satunya dimulai dengan pernyataan-pernyataan yang bombastis. Ketika orang melihat kejadian di Stadion Kanjuruhan yang memakan korban sampai 135 orang meninggal dunia, kalimat apa yang paling tepat untuk menyampaikannya? Bisa saja kita memulainya menulis: “Giliran polisi dan PSSI yang di titik nadir sekarang.”   Tapi, kita harus meneruskan kalimat tersebut yang juga tidak kalah bombastis bunyinya: “Bagaimana tidak di titik nadir Kasus Sambo saja membuat polisi sebagai  penegak hukum telah demikian melorot kewibawaannya?”. Masih mungkin saja bisa diteruskan dengan: “Belum selesai Kasus Sambo, sekarang polisi dituding sebagai biang kerok kerusuhan Stadion Kanjuruhan”. Jadi, kalau punya keinginan menulis, kita pasti bisa melakukannya. Untuk itu, pada saat kita memulai menulis jangan ditunda-tunda lagi. Tetap kuatkan niat kita untuk menulis. Fokus pada masalah yang mau kita tulis. Usahakan jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu!

By subagio

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *