Subagio S.Waluyo
Selain memulai tulisan dengan definisi juga bisa kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan. Bahkan, boleh jadi sebuah definisi bisa dimunculkan setelah diajukan pertanyaan. Pertanyaan `apa` yang kita letakkan di awal tulisan salah satu di antaranya bisa diwujudkan dalam bentuk definisi. Kita bisa ambil contoh ketika ada orang yang menulis tentang `vandalisme`. Bisa saja orang itu mengajukan pertanyaan apa itu `vandalisme`? Ada alternatif buat orang itu apakah mau langsung mendefinisikan `vandalisme` atau selain mengajukan pertanyaan apa, bisa saja mengajukan pertanyaan siapa yang melakukan `vandalisme`, mengapa orang melakukan `vandalisme`, dan bagaimana cara mengantisipasi perilaku `vandalisme`? Di sini setiap orang yang mau menulis diberi kebebasan apakah langsung membuat definisi atau mengajukan berbagai pertanyaan di seputar `vandalisme`.
Dalam mengajukan pertanyaan setiap orang juga diberi kebebasan untuk menentukan jenis pertanyaannya. Apakah mau menggunakan pertanyaan terbuka, tertutup, spesifik, reflektif, mengarahkan, prediktif, atau perilaku? (https://www.gurusiana.id/read/yusrijaldatukmakhuduun/article/memulai-tulisan-dengan-perta-nyaan-2919002). Semua itu tergantung pada gagasan yang mau diajukan seseorang yang mau menulis. Dengan kata lain, pertanyaan yang diajukan penulis setidaknya menggambarkan gagasan yang akan diuraikan dalam paragraf. Jika seorang penulis mengajukan pertanyaan perilaku, misalnya, pertanyaan yang akan diajukan akan mengungkapkan tindakan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah.Berikut ini ada enam contoh paragraf yang bisa kita jadikan contoh dalam penulisan paragraf yang diawali dengan penggunaan kalimat tanya.
Mengapa biaya pendidikan di Indonesia masih mahal? Walaupun pemerintah sudah memberikan bantuan, tetap saja para murid harus membayar beberapa biaya untuk keperluan sekolah, seperti baju dan buku. Mahalnya biaya pendidikan ini tidak hanya sebatas pada sekolah dasar saja, tetapi hingga di perguruan tinggi. Bahkan biaya untuk menempuh pendidikan di kampus amat sangat mahal karena pemerintah tidak memberikan bantuan langsung kepada perguruan-perguruan tinggi. Anak-anak yang sesudah lulus dari SMA lebih memilih untuk mencari pekerjaan saja daripada melanjutkan ke perguruan tinggi. Akibatnya, pendidikan di Indonesia tidaklah merata dan hanya terkonsentrasi pada orang yang mampu. Sedangkan bagi orang yang kurang mampu, pendidikan tinggi hanyalah sebuah angan. |
Paragraf di atas isinya lebih bersifat memberikan sugesti. Bisa juga disebut sebagai mengarahkan. Atau bisa juga ada upaya untuk menjelaskan lebih jauh (lebih mendalam) masalah yang diajukan. Berkaitan dengan itu wajar saja jika pertanyaan yang diajukan juga menghendaki jawaban yang boleh dikatakan mendalam. Untuk memperoleh jawaban yang mendalam, tentu saja diperlukan pengamatan, bahkan, kalau perlu dengan penelitian mendalam sehingga diperoleh jawaban yang bisa diterima oleh semua pihak. Uraian pada paragraf di atas ketika diajukan pertanyaan tentang alasan biaya pendidikan di Indonesia yang tergolong masih mahal diperoleh jawaban yang benar-benar valid. Bukan hanya biaya kuliah di perguruan tinggi, sejak anak sekolah di SD pun biaya pendidikan untuk sekolah berkualitas demikian mahal. Begitu juga untuk tingkat pendidikan berikutnya. Kita pun tidak bisa memungkiri bahwa orang yang mampu menempuh pendidikan tinggi adalah sebuah angan-angan belaka. Paragraf di bawah ini juga masih isinya tergolong mengarahkan.
Mengapa anak sering kehilangan konsentrasi pada saat mereka belajar? Bahkan, tidak jarang konsentrasi itu hilang sebelum mereka mulai belajar. Akibatnya, pelajaran tidak bisa diterima dengan baik. Guru-guru dan orang tua sering merasakannya. Lantas, bagaimana mengatasinya? (Handbook of Writing -Panduan Lengkap Menulis- oleh Nurhadi, 2017:100) |
Kalimat pertama di paragraf di atas mengajukan pertanyaan yang berisikan arahan/sugesti. Di balik pertanyaan tersebut sebenarnya sudah ada jawaban bahwa anak-anak sering kehilangan konsentrasi ketika belajar. Pertanyaan yang diajukan kalau boleh dikatakan sudah diketahui oleh penanyanya. Di sini penanya menghendaki ketika diajukan pertanyaan, orang yang menjawab harus bisa diarahkan jawabannya. Lihat saja di kalimat kedua, belum selesai dijawab pertanyaan yang diajukan sudah dijawab dengan kalimat: “Bahkan tidak jarang konsentrasi itu hilang sebelum mereka mulai belajar”. Apa yang terjadi, pertanyaan yang diajukan di kalimat pertama tidak terjawab. Justru yang dijawab adalah kalimat kedua. Dimulai “dari pelajaran tidak bisa diterima dengan baik’ sampai dengan “guru-guru dan orang tua sering merasakannya”. Tapi, di akhir paragraf ada pertanyaan yang menggelitik yang justru perlu ditindaklanjuti: “Lantas, bagaimana mengatasinya?”. Pertanyaan terakhir ini bisa menjadi stimulus untuk menulis yang lebih mengarah pada tulisan berisikan prediktif atau perkiraan. Bisa juga kalau pertanyaan tersebut mengarah pada pertanyaan terbuka, tidak ada salahnya kalau jawaban yang diberikan juga jawaban terbuka.
Di paragraf berikutnya, kita bisa memulainya dengan mengajukan pertanyaan terbuka: “Bagaimana mengatasi anak yang sering kehilangan konsentrasi?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita bisa memulainya dengan menjawab terlebih dahulu faktor penyebab kehilangan konsentrasi. Setelah ditemukan jawabannya, baru kita masukkan jawaban tersebut sebagai salah satu (bisa juga beberapa) cara mengatasi kehilangan konsentrasi. Misalnya, kalau ada jawaban hilangnya konsentrasi disebabkan oleh ketergantungannya pada gawai, bisa saja jawaban tersebut dimasukkan dengan membuat usulan jauhkan anak-anak dari gawai ketika belajar. Dari situ silakan saja kalau mau ditulis pengaruh yang ditimbulkan gawai jika digunakan secara terus-menerus (sampai-sampai mau tidur pun tidak lepas dari gawai). Bisa juga kalau nanti diperoleh jawaban hilangnya konsentrasi disebabkan oleh kurang tidur, dari jawaban tersebut bisa dijadikan masukan dengan menuliskan: “Selain gawai yang harus dijauhkan dari anak-anak untuk mengatasi hilangnya konsentrasi pada saat anak-anak belajar, juga bisa dilakukan dengan mengajak mereka beristirahat yang cukup”. Dengan cara demikian, kita bisa menuliskan satu tulisan yang dimulai dari pertanyaan yang bersifat terbuka.
Apa yang menyebabkan pendidikan karakter kurang berhasil? Banyak orang dewasa saat ini yang tidak mampu menjadi contoh dan teladan. Orang dewasa saat ini banyak yang telah mengalami degradasi moral. Hal ini disebabkan mereka tidak mampu menjadikan nilai-nilai agama dan adat sebagai pembenteng diri. Pelaksanaan ajaran agama dan adat yang setengah hati menyebabkan mereka mudah terkontaminasi oleh ekses-ekses kemajuan zaman. Kurangnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama dan adat membuat mereka rapuh. Mereka mudah tergoyahkan oleh arus globalisasi yang menyimpang dari ajaran agama dan adat. |
Penggunaan kalimat tanya pada paragraf di atas bisa digolongkan sebagai pertanyaan prediktif atau perkiraan.Dikatakan sebagai prediktif karena seperti yang disampaikan di paragraf tersebut penyebab pendidikan karakter tidak berhasil karena orang dewasa 1) tidak mampu menjadi contoh dan teladan, 2) telah mengalami degradasi moral, dan 3) tidak mampu menjadikan nilai-nilai agama dan adat sebagai pembenteng diri. Kesemua butir itu lebih merupakan perkiraan atau prediktif. Walaupun yang ditanyakan berkaitan dengan faktor penyebab,isi jawabannya lebih merupakan prediktif.Karena berisikan prediktif, bisa-bisa saja ketiga butir di atas itu benar prediksinya. Bisa juga sebaliknya, bisa tidak tepat jawabannya. Terlepas dari itu semua dalam menulis sah-sah saja orang membuat tulisan yang berisikan prediktif. Tulisan berikut ini juga termasuk tulisan yang kalimat tanyanya di awali dengan pertanyaan prediktif.
Bagaimana agar birokrasi negara ini tidak teracuni paternalisme? Pada tulisan terdahulu (“Brain Wash—Blood Wash—Heart Wash) diusulkan agar sejak awal penerimaan calon birokrat dilakukan seleksi penerimaan secara ketat. Tidak ada lagi praktek-praktek KKN dalam penerimaan calon PNS. Setelah mereka diterima sebagai calon birokrat harus dilakukan diklat yang bertujuan membersihkan otaknya, darahnya, dan hatinya. Dengan cara seperti itu, Insya Allah bangsa ini akan terhindar dari paternalisme. Dengan menjalankan penerimaan calon birokrat yang selektif yang bebas dari KKN dan dilanjutkan dengan brain wash, brain blood, dan brain heart birokrat bangsa ini akan benar-benar bekerja secara profesional, efektif, dan efisien. Dengan demikian, bisa diharapkan terwujudnya pelaksanaan good governance di negara ini. (Kota Gigantisme Produk Bangsa Berperilaku Degil oleh Subagio S.Waluyo, 2022:391) |
Pada paragraf di atas ada kalimat berbunyi: ”Dengan menjalankan penerimaan calon birokrat yang selektif yang bebas dari KKN dan dilanjutkan dengan brain wash, brain blood, dan brain heart birokrat bangsa ini akan benar-benar bekerja secara profesional, efektif, dan efisien.” Kalimat tersebut dikatakan jelas-jelas menunjukkan prediktif karena belum ada penelitian tentang hal itu. Selain itu, konsep yang berkaitan dengan seleksi yang bebas KKN yang kemudian dilanjutkan dengan brain wash, brain bood, dan brain heart baru sebatas wacana. Namanya juga wacana baru sebatas konsep, penjajagan, yang perlu ada tindak lanjutnya dalam bentuk penelitian. Sebagai sebuah tulisan, sekali lagi, boleh-boleh saja orang menyampaikan wacana. Artinya, tidak ada salahnya orang untuk menyampaikan wacana. Tentang nanti mau direspon wacana tersebut atau dibuang ke tempat sampah sah-sah saja kok!
Untuk memulai sebuah tulisan juga boleh diajukan serentetan pertanyaan. Muncul sebuah pertanyaan, apakah pertanyaan itu perlu dijawab? Silakan saja kalau mau dijawab. Tapi, juga tidak ada salahnya kalau tidak dijawab. Paragraf di bawah ini meskipun diawali dengan tiga pertanyaan, tidak ada satu pun pertanyaan yang dijawab. Kalau begitu apa gunanya menempatkan sampai tiga kalimat tanya? Bisa saja orang menjawab itu hanya asesoris agar orang tertarik untuk membacanya karena kalau tidak dimunculkan ketiga pertanyaan tersebut orang boleh jadi tidak tertarik untuk membacanya. Itu `kan gaya penulis ingin menuangkan gagasannya. Siapa saja boleh menulis dengan gaya seperti itu.
Pertanyaan dasar yang diajukannya adalah “Bagaimana orang mengatakan kebenaran? Kebenaran apa? Bagi siapa dan di mana?”. Intelektual tidak bisa menjadi milik siapa-siapa. Karena itu sering dianggap berbahaya. Ia boleh solider dengan kelompoknya, tetapi selalu tetap kritis. Ia karena itu mudah dicurigai, dicap tidak loyal.Ia pada hakekatnya berjuang sendirian. Berhadapan dengan khalayaknya ia pertama-tama tidak mau mereka puas, melainkan menantang mereka. Karena terlibat dengan kebenaran, ia justru tidak dapat menjual diri pada pihak mana pun. Ia harus menantang “ortodoks dan dogma”, baik yang religius maupun yang politik. Ia berpihak kepada kebenaran dan keadilan. (Feodalisme dan Imprealisme di Era Globalisasi, Rudiaji Mulya, 2012:382) |
Tulisan di atas walaupun dimulai dengan serentetan pertanyaan, ternyata tidak satu pun pertanyaan tersebut dijawab. Coba kita uraikan, apa hubungannya semua pertanyaan yang berkaitan dengan kebenaran kok dijawab di kalimat pertama: ”Intelektual tidak bisa menjadi milik siapa-siapa”. Kalimat-kalimat berikutnya juga tidak berhubungan dengan kebenaran. Boleh jadi banyak orang yang berharap agar pertanyaan pertama: “Bagaimana orang mengatakan kebenaran?”, dijawab dengan, misalnya, “Orang mengatakan kebenaran dengan berbagai cara, salah satu di antaranya secara langsung menyampaikan mosi tidak percaya di hadapan penguasa yang menurutnya sudah menyimpang dari undang-undang”. Atau menulis seperti ini: “Kebenaran bisa dilakukan dengan parlemen jalanan manakala suara-suara kita tidak didengar oleh anggota parlemen terhormat”. Jadi, kalau ada orang yang mau menjawab seperti dicontohkan di atas sah-sah saja. Sekali lagi, setiap penulis diberi kebebasan untuk menjawab atau tidak menjawab semua pertanyaan yang diajukannya.
Orang yang mau menulis juga diberi kebebasan untuk mengajukan pertanyaan yang tertutup. Yang perlu diketahui, orang yang berniat mengawali tulisan dengan mengajukan pertanyaan tertutup nanti pada saat memberikan jawaban benar-benar harus terbatas. Jangan sampai nanti jawaban yang dimunculkan meluas sehingga nyaris mendekati tulisan yang prediktif. Di bawah ini ada sebuah contoh tulisan yang diawali dengan kalimat tanya yang bersifat tertutup. Karena tertutup, jawaban yang diberikan juga sesuai dengan pertanyaannya sebatas di seputar kupu-kupu. Jawabannya juga di seputar kupu-kupu.
(https://www.kompasiana.com/01107/5d6d1933
097f36373647d612/pelangi-dan-kupu-kupu)
Siapakah yang tak kenal dengan kupu-kupu? Makhluk yang indah rupanya, dan menawan hati perilakunya. Kehidupannya menimbulkan inspirasi bagi orang melihatnya. Tingkahnya menyejukkan bagi siapa yang memandangnya. Sang kupu-kupu hidupnya dari tangkai bunga ke tangkai bunga, membantu penyerbukan. Hidup dari suasana yang harum mewangi. Sang kupu-kupu selalu bersosialisasi di tempat yang bersih, indah, dan berwarna warni. Keharuman dan kewangian bunga dan suasana itulah yang membias kepada kewangian tingkah lakunya. (https://www.gurusiana.id/read/yusrijaldatukmakhuduun/article/memulai-tulisan- |
Tulisan di atas diawali dengan pertanyaan tertutup di seputar kupu-kupu. Penulis memberikan deskripsi singkat yang dimulai dengan menyampaikan rupanya yang indah sehingga membuat orang yang melihatnya tertarik. Melihat kehidupannya bisa menginspirasi setiap orang yang melihatnya. Bahkan, tingkah lakunya pun bisa membuat hati ini sejuk. Kupu-kupu walaupun dari sisi usia terbatas tapi juga memanfaatkan kehidupannya untuk berbagi. Sebagai buktinya, kupu-kupu membantu penyerbukan sehingga dari hasil kerjanya itu terwujud kehidupan yang harum mewangi. Bukan itu saja, kata si penulis kupu-kupu juga jenis serangga yang hanya mau bersosialisasi di tempat-tempat yang bersih, indah, dan berwarna-warni. Walaupun diawali dengan pertanyaan yang cenderung tertutup, jawaban yang diberikan bisa menginspirasi orang yang menulisnya karena si penulis telah berhasil mengajak pembacanya untuk merenungkan tentang rupa/wujud fisik, kehidupan, dan kebiasaan kupu-kupu. Dengan demikian, penulis berikutnya bisa menulis yang lebih mendalam dengan memilih salah satu kekhasan yang ada pada kupu-kupu entah itu rupanya, kehidupannya, atau kebiasaannya.
Meskipun tidak semua jenis pertanyaan dibahas di sini, kita setidaknya bisa memilih salah satu jenis pertanyaan yang mau kita tulis. Dalam mengajukan pertanyaan yang perlu kita camkan adalah setiap pertanyaan yang mau kita ajukan berkaitan dengan tema yang sedang digarap. Selain itu, ini juga cukup penting, pengajuan pertanyaan bertujuan untuk menggelitik pembaca. Atau pertanyaan yang diajukan bisa membuat penasaran pembaca. Sebuah tulisan jika bisa membuat pembacanya penasaran, tulisan tersebut dinilai berhasil. Mau mencoba tulisan yang diawali dengan pertanyaan? Silakan saja dicoba! Kalau bukan sekarang mencobanya, kapan lagi?